Tak banyak tradisi yang masih bertahan di kota besar. Namun lain halnya dengan Kramat Ganceng, tradisi yang tetap dilestarikan oleh warga metropolitan.
Festival Hajat Bumi Kramat Ganceng atau sering disebut sedekah bumi merupakan budaya peninggalan nenek moyang dan satu-satunya tradisi kuno yang masih tersisa di Jakarta. Agenda berlangsung pada 27–28 Juni 2024 di wilayah makam Cipayung, khususnya Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Rangkaian kegiatannya yaitu tahlilan di makam Keramat Ganceng, santunan anak yatim, penanaman kepala kambing, arak-arakan, penampilan wayang, dan pemberian berkah dengan cara berjualan. Pengunjung berasal dari berbagai kalangan mulai dari pejabat, artis, dan masyarakat yang turut menghadiri dan sangat antusias dengan acara ini. Uniknya, konon pengunjung bukan hanya dari kalangan manusia.
Dari pagi ke pagi tak henti-hentinya pengunjung berdatangan hingga padat memenuhi arus jalan, suasana terasa sangat meriah dalam dua hari berturut. Meskipun sempat beberapa kali diguyur hujan, hal ini tidak membuat semangat masyarakat menurun untuk menghadiri Festival Hajat Bumi Kramat Ganceng.
Istri Walikota Jakarta Timur, Diah Anwar turut hadir dalam agenda hajat bumi hari pertama dan mengikuti tahlilan di makam Keramat Ganceng. Dalam sambutannya, ia merasa bahagia dengan adanya acara ini. “Kita patut bersyukur dan bangga, tradisi ini harus terus dijaga.” tuturnya, Kamis (27/6).
Ketua Kumpulan Orang-Orang Depok (KOOD) Wilayah Cimanggis, Sakti mengungkapkan, sedekah bumi merupakan festival yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini digadang-gadang sebagai simbol kerukunan dan budaya yang akan terus dilestarikan. “Menyatukan dua kampung antara Cipayung dan Cimanggis, supaya selalu rukun,” ungkapnya, Jumat (28/6).
Konon, setiap tahunnya, hujan pasti turun saat arak-arakan berlangsung. Menurut Sakti, orang yang tidak percaya akan mengatakan turunnya hujan karena faktor cuaca. Akan tetapi, masyarakat sekitar meyakini bahwa hujan itu merupakan berkah. “Kalo hujan kita seneng, artinya sedekah bumi kita diterima dan berkah,” ujarnya.
Salah satu masyarakat sekitar, Umar Zidane merasa sangat antusias turut hadir. Dirinya sempat heran karena masih ada tradisi kuno di kota Jakarta. Namun, ia tetap bangga dan senang karena dapat menikmati acara ini. “Mumpung setahun sekali harus ikut dong, meriah banget. Banyak bocah-bocah juga,” kata Umar, Jumat (28/6).
Umar sempat mengaku tak ingin pulang karena banyaknya rangkaian acara dan pertunjukan yang memanjakan mata. Tak hanya itu, ia sangat menikmati beragam kuliner yang ada, mulai dari kuliner khas daerah sampai dengan jajanan populer. “Kalo udah liat makanan suka pengen asal beli, apalagi dipajangin di etalase tuh, takut khilaf, kudu bawa duit banyak kesini mah,” pungkasnya.
Reporter: MSA
Editor: Shaumi Diah Chairani