Produktif Lewat Menulis

Read Time:2 Minute, 50 Second
Menulis adalah kegiatan merekam, menyampaikan, dan berbagi pengetahuan, gagasan, maupun informasi kepada khalayak luas. Masih sedikit komunitas-komunitas di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang melakukan aktivitas ini.
Di pengujung April nanti, komunitas diskusi Saung bakal menerbitkan edisi ke-10 buletin mereka: Buletin Saung. Bentuknya lebih mirip jurnal ketimbang buletin. Dicetak 100 eksemplar dengan jumlah 30 halaman. Buletin Saungdisebar ke tiap fakultas, dosen, dan komunitas-komunitas diskusi lain, baik di dalam dan di luar kampus.
“Sekarang masih proses,” kata Pemimpin Redaksi Buletin Saung, Lili Siwidyaningsih kepada INSTITUT, Jumat (20/3). Buletin Saungterbit sekali dalam satu semester. Biasanya, launching dua bulan setelah masuk perkuliahan. Semester ini, tim redaksi sudah menyiapkannya sejak Februari lalu dan rencananya bakal launching April mendatang. Selain diskusi, menerbitkan   buletin memang menjadi kesibukan Saung sejak dua tahun terakhir.
Majelis Kantiniyah (MK), komunitas diskusi lain di UIN Jakarta juga menerbitkan Buletin Lakonik sebagai media berbagi pengetahuan sekaligus wadah menulis bagi anggotanya. Lakonik terbit setiap satu bulan sebanyak 250 sampai 500 eksemplar. Kadang dicetak, kadang juga difotokopi. “Untuk mewadahi produksi kreatifitas temen-temen aja sih,” ujar M. Irfan Nawawi, salah satu penggagas Lakonik, Kamis (19/3).
Lain lagi dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Journo Liberta (JL). Komunitas jurnalistik ini memilih web sebagai wadah menulis sekaligus praktik bagi sebagian besar mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikas (FIDIKOM). “Kalo cuma belajar di kelas kurang. Makanya kita bikin suatu lembaga pers,” tutur Khoirur Rozi, Pemimpin Redaksi JL.
Buletin Saung, Lakonik,  maupun JL adalah sedikit dari komunitas di UIN Jakarta yang terus berupaya berbagi informasi maupun pengetahun lewat terbitan-terbitan mereka. Kata Lili, menerbitkan buletin dan semacamnya bukan hanya menjadi media berbagi informasi dan gagasan, namun menjadi sebuah tolak ukur keberadaan sebuah komunitas.
Karenanya, sejak awal 2013 silam, Lili bersama sekitar 14 rekannya di komunitas diskusi Saung berusaha rutin menerbitkan Buletin Saung tiap memasuki masa perkuliahan. “Kalau bukan kita siapa lagi,” katanya. 
Mulanya, Lili merasa prihatin dengan menurunnya wacana-wacana kritis di kalangan mahasiswa. Meski banyak komunitas-komunitas diskusi di UIN Jakarta, namun, Lili merasa  tak banyak di antara mereka yang memiliki produk terbitan agar bisa dibaca mahasiswa lain.
Hal itu juga disadari betul oleh salah satu editor Buletin Lakonik, M. Irfan Nawawi. Menurutnya, antusiasme menulis mahasiswa masih minim. Irfan misalnya, mencontohkan dengan kebiasaan mahasiswa copy paste dalam mengerjakan tugas harian seperti pembuatan makalah. “Seharusnya kan bisa mengembangkan kemampuan menulisnya dari tugas harian kampus itu,” ujarnya.
Menurut Irfan, menulis itu tidak bisa dipisahkan dari aktifitas mahasiswa. Bagi masyarakat umum, katanya, menulis mungkin tidak begitu penting. Namun, bagi mahasiswa menulis bukan hanya penting, melainkan jadi sebuah kebutuhan. “Kalau boleh ada hukumnya (menulis), ya, wajib,” jelas Irfan.
Berbeda dengan Irfan, Ibrahim Aris Sumantri, mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) menilai animo mahasiswa dalam menulis saat ini cukup tinggi. Sayangnya, kata Aris, tidak banyak di antara mereka bisa konsisten menulis dan memublikasikannya.
Persoalan dana salah satunya. Karenanya, untuk mengatasi masalah itu, Saung mewajibkan anggotanya untuk iuran Rp20 ribu dalam tiap kali terbitan. Sisanya, diperoleh dari uang kas, proposal, sumbangan beberapa dosen dan senior. Dalam sekali terbit, Saung bisa menghabiskan sekitar Rp1 juta.
Sedangkan MK, memutuskan memfotokopi Buletin Lakonik agar pengeluaran dana tidak terlalu besar. “Lumayan buat nyiasatin dana biar enggak terlalu gede,” tutur Irfan. Sementara ini, Lakonik tidak mendapat sumber pemasukan lain untuk menerbitkan Buletin Lakonik selain dari uang kas yang terkumpul tiap minggunya.

Thohirin

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Untuk Pak Oman dan Pak Rektor
Next post Mengungkap Konspirasi Kokain