Read Time:2 Minute, 5 Second
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 1% pertahun membuat pemerintah menginginkan masyarakat berwirausaha. Dilihat dari jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), Indonesia mampu bersaing dengan produk lokalnya. Namun, sampai sekarang minat masyarakat berwirausaha masih sangat rendah.
Demikian diutarakan Deputi Bidang SDM Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Afrizal Kusai dalam acara Seminar Nasional Agribisnis dengan tema Kewirausahaan sebagai Gerbang Agribisnis di Indonesia yang diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (16/4).
Afrizal menambahkan, untuk mendorong masyarakat berwirausaha, Kementrian Koperasi dan UKM telah membuat Tempat Praktik Keterampilan Usaha (TPKU). TPKU bertujuan untuk melatih warga pedesaan agar bisa terampil dalam berwirausaha. “Pelatihannya mencakup bidang otomotif, elektronik, dan kerajinan tangan,” ujarnya.
Melalui TPKU, lanjut Afrizal, pemerintah ingin menciptakan banyak wirausahawan muda yang berani ambil risiko, kreatif, dan pandai melihat peluang bisnis. Terlebih, saat ini angka pengangguran di negeri ini semakin tinggi dan tak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Afrizal menyarankan, sebaiknya mahasiswa mulai mengenal dunia wirausaha sedini mungkin agar ketika lulus nanti tidak bimbang dan sudah mempunyai bekal keterampilan lain di masyarakat. “Jangan cuma jadi sarjana. Mahasiswa juga perlu berwirausaha,” katanya.
Dalam seminar kali ini, hadir pula pemilik Popon Nursary, Puriyanti Hasanah. Ia mengatakan, berwirausaha itu harus memiliki keberanian, ciri khas dan hal unik pada produk sendiri agar dapat diminati masyarakat. “Keunikan produk dan kemasan yang menarik sangat mempengaruhi hati pembeli,” ucapnya.
Salain itu, wirausahawan juga dituntut peka dalam mengamati situasi pemasaran. Lebih lagi, untuk menjaga semangat dan tetap fokus dengan produk yang sudah ada. Pengusaha baiknya memiliki seorang panutan yang bisa terus mendukung dalam keadaan apapun.
Dunia maya dan media sosial, lanjut Puriyanti, menjadi tempat strategis dalam pemasaran. Kecepatan dan perluasan jaringan sangat dibutuhkan agar informasi rinci produk yang ditawarkan bisa cepat sampai ke telinga produsen. “kita harus terus berpikir, bergerak, dan berdoa,” ujar perempuan berhijab itu.
Senada dengan Puriyanti, pemilik Rumah Makan (RM) Ayam Bakar Bumbu Bali, I Nyoman Kartawirya mengungkapkan, uang bukanlah modal utama dalam berwirausaha. Akan tetapi, harus dimulai dengan keberanian, karena itu faktor penentu seseorang meraih kesuksesan berwirausaha.
“Putuskan urat malu dan jangan gengsi,” ucapnya. I Nyoman mengaku, mulanya membuka tempat makan di pinggir jalan, perlahan ia mulai memahami dunia wirausaha dan kini Nyoman sudah memilki labih dari tiga RM di sekitar Jakarta.
Salah satu peserta seminar, Sunandar mengatakan, acara ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya mahasiswa. Selain dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan, juga bisa berbagi pengalaman dengan pengusaha sukses. “Berwirausaha itu ilmu praktik yang enggak selalu ada di bangku perkuliahan,” tutur pria asal Majalengka ini.
Yasir Arafat
Average Rating