Meningkatnya Penyakit Filariasis di Indonesia

Read Time:2 Minute, 13 Second
Dewasa ini arus urbanisasi makin meningkat, banyak faktor yang memengaruhi terjadinya hal tersebut. Mulai dari keadaan desa yang mulai tidak makmur sampai kebutuhan hidup masyarakat yang semakin mendesak. Masyarakat desa pada umumnya akan hijrah ke Ibu Kota dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Hal tersebut disampaikan oleh dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor , Upik Kesumawati Hadi di seminar bertemakan Combat The Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis-free country by 2020  yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Kamis (19/11). Ia menambahkan, fenomena urbanisasi ini banyak memengaruhi keadaan lingkungan di kota-kota besar. Salah satu contohnya adalah tak teraturnya rumah-rumah warga yang menyebabkan lingkungan menjadi kumuh dan rendahnya tingkat kesehatan.
Sementara itu, Dekan FKIK, Arif Sumantri mengatakan, filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang terabaikan dan belum banyak diketahui masyarakat.  “Penyakit ini tidak sampai mengakibatkan kematian, walaupun begitu harus tetap diperhatikan karena dapat mengakibatkan cacat permanen” ungkapnya dalam seminar yang diselengrahkan oleh Program Studi (Prodi) Kesehatan Mayarakat (Kesmas), FKIK Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Tanggerang Selatan (Tangsel), Muhammad Alwan Aminuddin. Ia memaparkan, penyakit kaki gajah di Indonesia masih terhitung tinggi. “Diperkirakan 10 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria, dan sekitar 60 juta orang berisiko terlular penyakit ini,” ujarnya.
  
Dari data Dinkes Tanggerang Selatan menyebutkan, Indonesia sebagai negara berkembang menduduki peringkat ke-2 dunia dalam jumlah penderita filariasis. Alwan menjelaskan pada tahun 2010 penderita kaki gajah mencapai 7 kasus, angka tersebut adalah tertinggi   pada periode 2008-2014. Dalam data tersebut juga memperlihatkan tempat yang paling banyak ditemukan kasus penyakit filariasis, yakni  Kampung Sawah, Ciputat, dengan jumlah 5 kasus.
Kaki Gajah ditularkan oleh nyamuk yang membawa cacing filaria. Nyamuk itu tersebar di seluruh dunia, kecuali Antartika karena suhu yang dingin. Dari 3450 jenis nyamuk, 457 jenis ada di Indonesia, di antaranya anopheles, culex, Aedes, dan mansonia. “Banyak nyamuk di Indonesia, tetapi jenis culex lah yang paling sering membawa cacing filaria,” ungkap dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor , Upik Kesumawati Hadi, Kamis (19/11).
Upik juga menjelaskan, nyamuk yang menghisap darah mengandung larva cacing dan akan disuntikan ke kulit manusia. Larva tersebut, lanjut Upik, akan tertinggal dan berkembang di dalam tubuh orang yang digigit. “Cacing yang berkembang biak dapat menghambat saluran limfe, sehingga terjadi pembengkakan pada kaki,”  ungkapnya.
Salah satu mahasiswa semester tujuh Jurusan Kesmas, Abdul Rohim mengatakan, masyarakat harus bisa mencegah penyakit filariasis dengan menjaga kebersihan lingkungan. “Mencegah penyakit itu kan lebih baik daripada mengobati,” ujar Ketua Pelaksana Seminar Combat The Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis-free country by 2020, Kamis (19/11).
LSA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Potret Kesehatan Ibu dan Anak di Era JKN
Next post Karut Marut Kongres HMI ke-29