Read Time:4 Minute, 28 Second
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaaan (PBAK) menjadi momentum yang sakral, khususnya bagi mahasiswa baru (maba) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. PBAK yang seharusnya digunakan sebagai ajang perkenalan, kini mulai disalahgunakan. Pasalnya, ada dua maba yang mengaku menerima tindakan pelecehan seksual. Mirisnya, terduga pelaku pelecehan seksual adalah panitia PBAK.
Kejadian pelecehan seksual tersebut terjadi pada hari pertama PBAK, Senin (21/8). Kala itu, salah seorang korban maba Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi berinisial YCA mengalami demam. YCA pun tak sungkan meminta Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH) dengan inisial AS (terduga pelaku) menjenguknya. Sebelumnya, mereka memang telah saling mengenal melalui pesan singkat. AS sendiri pun mengaku kepada YCA bahwa dirinya adalah maba.
Namun nahas, dalam pertemuan tersebut YCA justru mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari AS. AS merayu YCA dengan nada menggelitik. “Kamu cantik. Jangan senyum terus, nanti abang bisa diabetes,” begitu kira-kira yang dikatakan AS kepada YCA.
Usai kejadian tersebut, YCA bercerita kepada temannya yang juga merupakan maba Program Studi Perbandingan Mazhab FSH Rafly Baihaqi Rainaldi. Kepada Rafly, YCA menceritakan kronologis tindakan asusila yang dialaminya sepulang dari gladi resik PBAK. Mendengar pernyataan YCA, Rafly pun seketika kaget tentang apa yang telah dialami temannya.
Lebih lanjut, Rafly menceritakan apa yang telah diperbuat AS kepada temannya saat di kos. “YCA mengaku kepada saya bahwa AS telah memegang tangannya kemudian menciumnya, bahkan AS menyentuh pipi serta hidung YCA,” terangnya, Rabu (30/8).
Intimidasi Terhadap Saksi Korban
Cerita terkait pengakuan pelecehan seksual terhadap YCA tersebut akhirnya sampai ke telinga AS. Terduga pelaku pun merasa geram terhadap YCA hingga mengirimkan pesan bernada emosional. Akhirnya menurut pengakuan Rafly, lewat Ketua Panitia PBAK FSH ia pun dipertemukan oleh AS di basement FSH Minggu (27/8).
Sebelum pertemuan terjadi, ada beberapa kejanggalan yang dirasakan Rafly. Kala itu Rafly memarkirkan kendaraannya di depan Kafe Cangkir dengan keadaan kunci masih tertinggal di motor. Ia tak khawatir, karena lokasi tak jauh dari tempat pertemuan. Tak lama kemudian, salah seorang panitia PBAK FSH mendatangi dan mengajaknya ke basement FSH.
Di tempat tersebut telah banyak berkumpul panitia PBAK FSH, termasuk AS. Namun, dalam pertemuan tersebut Rafly tiba-tiba kunci motornya tak lagi terlihat. Salah seorang panitia PBAK FSH lalu mengancamnya. “Dalam kurun waktu 24 jam nama AS harus bersih kembali,” cerita Rafly dengan rasa takut, Rabu (30/8).
Setelah itu, AS meminta pertanggungjawaban dari Rafly terkait menyebarnya berita pelecehan seksual. Salah satu panitia PBAK FSH meminta Rafly untuk membacakan pesan broadcast yang sebelumnya telah dibuat oleh panitia. Pesan tersebut berisi klarifikasi bahwa berita yang telah tersebar adalah bohong. Bahkan, salah seorang dari mereka merekam ungkapan yang dibacakan oleh Rafly.
Di sana Rafly merasa telah diintimidasi oleh pihak panitia PBAK FSH. “Saya disuruh untuk memberikan klarifikasi bahwa berita yang menyebar, yang menyangkut atas nama AS adalah bohong,” tuturnya, Rabu (30/8).
Tak hanya itu, Rafly pun dipaksa untuk membuat surat pernyataan bermaterai. Di dalam surat tersebut, Rafly disuruh menirukan redaksi yang telah dibuat oleh panitia PBAK FSH. Surat tersebut dibuat dengan tulisan tangan Rafly dan dibubuhi materai. “Saya merasa takut karena masih maba dan waktu itu sendirian, apalagi dikerumuni oleh komplotan senior,” jelasnya, Rabu (30/8).
Barulah ketika surat pernyataan selesai dibuat oleh Rafly, panitia PBAK tersebut memberi tahu letak kunci motor Rafly. Salah seorang panitia menyuruhnya untuk mencari kunci motornya di bawah tanaman sekitar besment FSH. “Kuncinya ketemu di bawah dedaunan,” kata Rafly, Rabu (30/8).
Rekaman suara Rafly beserta surat pernyataan bermaterai tersebut digunakan oleh pihak AS untuk menutupi kebenaran berita tentang dirinya. Setelah rekaman dan surat pernyataan tersebar, publik pun mengira bahwa berita tersebut hanya ujaran kebencian bahkan berita bohong.
Pihak Ketua Panitia PBAK FSH Rifati Hanifa pun membenarkan jika AS merupakan salah satu panitia PBAK FSH. Namun, dirinya membantah jika terjadi intimidasi yang dilakukan oleh pihak panitia PBAK FSH kepada Rafly.”Sampai sekarang saya belum ada kabar mengenai itu. Jadi saya anggap tidak ada intimidasi,” tulisnya via WhatApp, Kamis, (31/8).
Bantahan Terhadap Berita Hoax
Salah seorang korban lain AS pun angkat bicara. Maba Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DD, membantah bahwa berita klarifikasi yang disebarkan adalah bohong. Ia mengaku mengenal AS sebelum PBAK dari grup Linemaba. Terduga pelaku (AS) masuk dalam grup Line maba beberapa fakultas. “Orang-orang menganggapnya hoax, tapi bagaimana? Saya juga salah seorang korbannya,” ujarnya, Rabu (30/8).
Awalnya, DD mengaku bertemu AS pertama kali di Student Center. Keesokan harinya, tepat pada Rabu (16/8) AS mengajak DD untuk bertemu kembali di Pusat Perpustakaan (PP). Berdalih alasan ingin mengambil gambar, DD pun mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan. “AS mencoba mencium pipi saya, namun saya menolak dengan melempar handphone ke wajahnya,” katanya, Rabu (30/8).
Melalui sidang audiensi, para korban mengajukan pengaduannya. Ditemui lantai 2 gedung Kemahasiswaan, Pembina Lembaga Kemahasiswaan Trisno Muhammad Riyadhi ikut berkomentar. Ia menegaskan bahwa permasalahan ini akan segera ditindaklanjuti. Ia juga mengimbau agar para korban tidak merasa takut untuk melaporkan dengan ancaman apapun. “Kami meminta laporan tertulis dari para korban, selanjutnya akan kami back up,” tegasnya, Rabu (30/8).
AS terduga pelaku pelecehan seksual enggan memberikan konfirmasi terkait kasus yang melilitnya. Pesan singkat pun telah dilayangkan. Hingga berita ini diturunkan, Ia lebih memilih bungkam.
DS,SHR
Average Rating