RD
Read Time:2 Minute, 16 Second
Ketika awal 2018 sedang hangat pemberitaan yang diterima masyarakat mengenai isu keberagaman di media. Menurut riset yang dilakukan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) media secara intensif memberitakan isu minoritas hanya berkisar satu bulan pertama. Pada bulan kedua dan seterusnya pemberitaannya menurun.
Bahkan menurut Editor Tirto.id Fahri Salam dalam acara Pendidikan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) yang ke–33 oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Aspirasi bertema Peran Media Alternatif Dalam Memberitakan Isu Keberagaman, saat ini pengguna internet meningkat. Dengan meningkatnya pengguna internet di Indonesia tiap tahunnya, menyebabkan perubahan jurnalisme dari era cetak menjadi era digital.
Akibatnya di era digital seperti media sosial, masyarakat sangat rentan dengan berita hoaks yang marak terjadi. Ia menyarankan agar dunia jurnalistik lebih kreatif, interaktif dan multiplatform. “Fungsi jurnalisme di era digital yaitu sebagai acuan masyarakat untuk membedakan berita fakta, propaganda atau hoaks,” jelas Fahri, Jumat (4/5).
Lebih lanjut menurut Fahri, pada 2017 pengguna internet sebanyak 87,13% lebih sering menggunakan media sosial. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Selain itu juga berdampak bahwa media sosial merupakan salah satu penyebab seringnya berita hoaks tersebar di Indonesia.
Tak hanya itu, menurut salah seorang Dosen Jurnalistik Universitas Indonesia (UI) Masmimar Mangiang bahwa definisi berita adalah menyampaikan informasi dengan jelas dan hemat dalam waktu yang singkat. Dengan menulis berita, seorang jurnalis harus memilih kata yang tepat, spesifikasinya jelas serta menggunakan kata yang ekspresif. “Agar tidak dianggap melecehkan atau menistakan kaum minoritas, pemilihan kata dalam menulis harus pas,” ujarnya, Jumat (4/5).
Acara ini pun diselenggarakan di Auditorium Garuda Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta dari 2 sampai 4 Mei 2018. Saat hari pertama menghadirkan dari Dewan Pers Nezar Patria dan Pemimpin Redaksi Beritagar Yusro M. Santoso. Sedangkan hari kedua yakni dari Publication Manager Katadata Aria Wiratma Y dan Wartawan Tirto.id Dieqy Hasby W.
Menurut ketua pelaksana Taufiq Hidayatullah acara ini diselenggarakan lantaran sosial media mulai hangat dengan isu keberagaman. Lebih lanjut sekarang ini tidak banyak media yang menginformasikan tentang hak minoritas. Jikalau ada, pemberitaan tersebut tidak berkelanjutan. “Sebagai pers mahasiswa, kita bisa menjadi media alternatif dalam menyuarakan jurnalisme keberagaman,” tuturnya saat ditemui di Auditorium Garuda UPN Veteran Jakarta seusai acara, Jumat (4/5).
Salah satu peserta, Ismaeni Widyastuti, mahasiswi Akuntansi fakultas ekonomi bisnis, mengaku senang dengan adanya acara ini. Ia mengatakan, melalui PJM ini ia bisa menambah wawasan tentang jurnalistik. “Semoga kedepannya lebih menyuguhkan pembicara yang berkualitas lagi dalam bidangjurnalistik,” jelasnya, Jumat (4/5).
Berbeda dengan Ismaeni, Fahri mengungkapkan bahwa ini merupakan tahun kedua ia mengikuti PJM. lebih khusus ia tertarik dengan acara tahun ini karena salah satu narasumbernya adalah dewan pers. “Kebetulan penelitian saya itu mengenai dewan pers jadi saya menyempatkan diri untuk hadir,” pungkas mahasiswa yang kuliah di Universitas Nasional, Jumat (4/5)
Average Rating