Read Time:2 Minute, 22 Second
Penyebaran Islam di tanah Jawa tak lepas dari peranan dakwah Wali Songo, Masjid Menara
Kudus menjadi saksi bisu perjuangannya. Dari kejauhan, bangunan ini tampak seperti candi
menjulang tinggi dengan berbagai hiasan keramik unik. Hiasan keramik tersebut mempunyai ragam lukisan, misalnya gambar orang yang menaiki unta, pohon kurma dan hiasan bunga.
Ada keunikan tersendiri nampak pada bangunan Masjid Menara Kudus. Tepat di samping bangunan utama masjid, berdiri sebuah bangunan menara tua bersejarah. Masyarakat yang tinggal di daerah sekitar masjid menyebutnya dengan nama Menara Kudus. Alhasil orang lebih mengenal masjid dengan nama resmi Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus menggunakan bahasa setempat menjadi Masjid Menara Kudus.
Jika diperhatikan dengan teliti, pola arsitektur yang melekat pada bangunan Masjid Menara
Kudus memadukan beberapa keyakinan. Corak Islam, Hindu, dan Budha dipadukan dalam bangunan masjid sebagai cerminan kerukunan keberagaman. Hal ini memberikan kesan akan akulturasi budaya yang terjadi pada masa islamisasi pulau Jawa.
Menengok ke dalam bangunan masjid, pengunjung akan menjumpai delapan tiang penyangga berukuran besar berbahan dasar kayu jati. Selain itu, masjid yang dibangun pada tahun 1549 Masehi ini memiliki lima pintu besar dan di mimbar khotbah yang dihiasi dua bendera. Di dalam masjid pengunjung akan disuguhkan nuansa klasik bangunan bersejarah.
Saat pengunjung memasuki serambi depan masjid, terdapat Gapura Paduraksa yang masyhur dengan sebutan Lawang Kembar. Di komplek masjid terdapat pancuran wudhu berjumlah delapan buah dan di setiap pancuran terdapat sebuah arca. Konon, jumlah arca tersebut diambil dari keyakinan Budha, yakni delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga.
Jika berjalan terus ke dalam melewati Gapura Paduraksa, pengunjung akan menemukan
pemakaman yang tidak tersusun lagi nisannya dan sudah hilang namanya. Namun, ada
bebarapa makam dikeramatkan seperti halnya makam Sunan Kudus, dan beberapa makam
keluarganya. Di makam Sunan Kudus tersebut suasana selalu ramai oleh peziarah dari
berbagai daerah.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati pesona Masjid Menara Kudus, banyak transportasi
alternatif yang dapat digunakan. Dari Jakarta, pengunjung dapat menggunakan transportasi
pesawat, kereta, maupun bus. Jika pengunjung menggunakan pesawat, dapat mendarat di
Bandar Udara (Bandara) Ahmad Yani Semarang. Dari Bandara, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi darat menempuh perjalanan sekitar 1 jam 30 menit.
Sedangkan, pengunjung yang menggunakan kereta api dapat turun di stasiun Tawang Semarang. Dari stasiun, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menuju Masjid Menara Kudus dengan menggunakan bus Damri dengan menempuh waktu 1 jam 37 menit. Namun, bus tidak langsung menuju Masjid Menara Kudus, perjalanan harus dilanjutkan menggunakan becak atau ojek.
Salah satu pengunjung Wahyudi mengungkapkan kekagumannya pada Masjid Menara Kudus. Karena, menurutnya setelah mengunjungi makam Sunan Kudus kita dapat belajar lebih bertoleransi dengan agama lain. Serta ramainya pengunjung dari berbagai daerah membawa keberkahan tersendiri bagi para penjual yang terdapat di sekitar luar komplek pemakaman.
Bagi Wahyudi, yang menarik dari Masjid Menara Kudus adalah bangunannya yang kaya akan nilai akulturasi keberagamaan agama. Selain itu, dari Masjid Menara Kudus kita dapat mengetahui bagaimana sejarah Islam bisa masuk ke pulau Jawa. “saya jadi tau kalau ada masjid yang dibangun seperti candi, bagus,” ujarnya, Selasa (4/7).
NQ
Average Rating