Nuansa Unik Masjid Perahu Kasablanka

Nuansa Unik Masjid Perahu Kasablanka

Read Time:2 Minute, 17 Second
Nuansa Unik Masjid Perahu Kasablanka
Jakarta tak hanya dikenal sebagai kota Metropolitan saja. Di mana terdapat banyak gedung-gedung menjulang tinggi perkantoran dan mall-mall mewah. Tapi ternyata Jakarta juga menyimpan banyak situs sejarah yang mungkin belum kita ketahui. Nah, masjid perahu misalnya.
Masjid perahu memang memiliki arsitektur dan kisah unik di balik pembangunannya. Masjid Perahu ini memiliki nama asli Masjid Agung Al-Munada Baiturrahman. Untuk lokasi masjid, tepatnya berada di Jalan Menteng Pulo Raya Nomor 23, RT 3/RW 5, Menteng Dalam, Tebet Jakarta Selatan.
Posisi Masjid Agung Al-Munada Baiturrahman atau yang akrab disebut masjid perahu ini cukup sulit diketahui karena letaknya yang tersembunyi tertutup oleh dua apartemen yang berada di Jalan Kasablanka. Sedangkan untuk akses menuju lokasi hanya bisa ditempuh melalui motor atau jalan kaki.
Pejalan kaki bisa melalui sebuah gang kecil berada di samping apartemen Kasablanka. Dari situlah pengunjung juga langsung disuguhi keelokan seni kaligrafi lukisan disetiap lorong tembok gang masjid perahu. Untuk pengendara motor bisa melalui jalan kecil di depan Hotel Harris di Jalan Saharjo.
Adapun keunikan yang ada di Masjid Agung Al-Munada Baiturrahman adalah keberadaan bangunan berbentuk perahu di bagian luar masjid. Memang dapat kita lihat dengan jelas bahwasanya di samping kiri masjid tampak bangunan yang menyerupai kapal besar.
Menurut salah satu warga sekitar, Rahmat (53), keberadaan bangunan perahu itu berdiri bersamaan dengan dibangunnya masjid pada 1962 silam. “Ini dibangun sudah dari 1962 bersamaan dengan perahu. Perahunya ini sekarang jadi tempat wudhu dan digunakan untuk kamar mandi,” ujar Rahmat, Minggu (22/9).
Rahmat menambahkan, kehadiran bangunan berbentuk perahu tersebut terinspirasi dari kisah Nabi Nuh yang membangun bahtera untuk menyelamatkan umatnya. Masjid yang dibangun oleh KH Abdurrahman Massum itu sampai sekarang diakui Rahmat masih mempertahankan esensi awal bangunan dan renovasi pun dilakukan hanya untuk memperbaiki bagian yang rusak.
Keunikan berikutnya terdapat pada bagian dalam masjid. Menjelang masuk, terdapat sebuah fosil batu yang letaknya tidak diubah sejak dahulu. Selain Itu, di dalam masjid juga memiliki empat tiang yang unik. Empat tiang itu berbahan dasar kayu dengan perpaduan kaligrafi bernuansa klasik berwarna kecoklatan
Tempat imam dihiasi dengan berbagai ukiran kaligrafi yang terbuat dari kayu jati. Kemudian di bagian ujung masjid terdapat sebuah ruangan berisi Alquran berukuran 2 x 1 meter dengan ketebalan 30 sentimeter yang dikelilingi enam belas batu giok. Alquran dengan sampul kayu ini ditulis oleh Ustaz Amir Hamzah, penulis kaligrafi asal Madura. Hal istimewa lainnya bisa kita lihat keberadaan logam mulia berupa emas dengan berat 3 kilogram di bagian puncak masjid.
Menurut Uly Rosari, salah satu pengunjung dari luar kota ia sangat mengagumi arsitektur masjid yang unik. Dari mulai bangunan yang tampak menyerupai kapal terdampar di tengah perkotaan, hingga arsitektur klasik yang dikelilingi berbagai macam ukiran, serta batu-batu nan indah. “Cantik sekali masjidnya perpaduan arsitektur klasik jadi daya tarik tersendiri,” pungkas Uly, Minggu (22/9).

FA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Transisi Media di Era Digital Previous post Transisi Media di Era Digital
Asap Renggut Hak Belajar Next post Asap Renggut Hak Belajar