Masa kolonial Belanda di Indonesia telah mewariskan pelbagai hal, salah satunya
Eks-Pabrik Gula Banjaratma di Brebes, Jawa Tengah. Namun siapa sangka, bangunan saksi
bisu penjajahan ini kini telah disulap menjadi tempat wisata bersejarah.
Pabrik Gula Banjaratma dibangun pada tahun 1908 oleh Perusahaan Perkebunan yang
berpusat di Amsterdam, N.V. Cultuurmaatschappij. Kemudian di tahun 1913 pabrik gula ini
mulai beroperasi. Pembangunan pabrik gula ini membutuhkan kurun waktu lima tahun,
hingga siap beroprasi.
Di tahun 1918, Pabrik Gula Banjaratma dikenal dengan nama Proefstations, sebuah
istilah bahasa Belanda yang berarti Lembaga Pengujian. Mulanya pabrik ini dijadikan sebagai
tempat khusus penelitian ilmiah budidaya tanaman tebu di daerah Brebes dan Pantura
sekitarnya. Meski demikian, pabrik ini tetap memproduksi gula sebagai produk utama.
Jika pabrik gula pada umumnya menggunakan energi batu bara untuk
mengoperasikan mesin produksi. Namun tidak demikian dengan Pabrik Gula Banjaratma,
energi uap menjadi tenaga utama yang menggerakan mesin produksi. Itulah yang menjadi
daya tarik tersendiri dari Pabrik Gula Banjaratma.
Masa operasional Pabrik Gula Banjaratma terbilang lama, kurang lebih sembilan
dekade. Namun, di tahun 1998 pabrik ini mengalami banyak kerugian yang menyebabkannya
gulung tikar. Pasca tutupnya pabrik, bagian mesin yang masih dapat digunakan dipindahkan
ke pabrik gula lainnya yang masih aktif seperti Pabrik Gula Jatibarang.
Setelah bangunan Pabrik Gula Banjaratma mangkrak kurang lebih selama 18 tahun,
akhirnya direvitalisasi kembali. Siapa sangka bangunan tua bersejarah ini berhasil disulap
menjadi Rest Area Heritage KM 260 B di ruas tol Pejagan-Pemalang. Tentu bukan sekadar
tempat peristirahatan biasa, tempat ini menawarkan eksotisme bangunan yang masih
mempertahankan nilai artistik dan nilai sejarah.
Selain dijadikan tempat peristirahatan, Pabrik Gula Banjaratma kini didaulat sebagai
cagar budaya di Kabupaten Brebes. Beragam kuliner khas Brebes seperti telor asin, bawang
merah, juga hiasan pernak-pernik tersaji di sana. Kurang lebih terdapat 64 Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yang dapat pengunjung singgahi untuk membeli oleh-oleh. Nama-
nama UMKM di situ pun tergolong unik, misalnya Dapur Dewek, Dapoer Si Cemplon, dan
Kopi Koplak.
Untuk memperelok suasana, pelbagai polesan artistik menghiasai sisi demi sisi Pabrik
Gula Banjaratma. Seperti dibuat taman-taman di area pojok bangunan untuk mempercantik
tampilan tempat ini. Selain itu, di dalam bangunan juga terdapat tempat penangkaran hewan
yang terbuat dari papan pintu kaca yang dilapisi kayu warna hitam. Hewan-hewan yang
berada ditempat penangkaran kaca ini di antaranya adalah burung merpati, burung puyuh, dan
kelinci.
Masjid bernuansa klasik dengan tampilan sederhana berupa tatanan batu-bata
berwarna merah tersusun rapi, turut memperelok bangunan Rest Area Heritage. Di luar
bangunan, tampak deretan air mancur yang memancarkan kilatan cahaya berwarna hijau
menambah nilai estetis bangunan. Terpajang pula mesin-mesin bekas Pabrik Gula Banjaratma yang sengaja dipamerkan di dalam bangunan, seperti roda gila penggiling tebu
dan lokomotif yang dulu digunakan sebagai trasportasi pengangkut hasil panen tebu.
Menurut keterangan salah seorang Pemandu Wisata, Masrukhi Harun mengatakan
bahwa bangunan Rest Area Heritage Eks-Pabrik Gula Banjaratma ini sengaja dibiarkan
seperti bangunan aslinya untuk mempertahankan nilai historis. Bahkan untuk mesin-mesin
bekas pabrik ini pun turut dipajang di balik deretan stan-stan usaha. Mesin-mesin ini menjadi
daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata sejarah bagi masyarakat. “Mesin-mesinnya
dibiarkan seperti ini, karena ini yang dijual sebagai daya tarik pengunjung,” ujar Masrukhi
pada Selasa (11/06).
Salah seorang pengunjung, Teguh Setiawan mengungkapkan Rest Area Heritage Eks-
Pabrik Gula Banjaratma ini memiliki daya tarik yang khas dan berbeda dari tempat wisata
lainnya. Baginya bangunan ini tampak seperti bangunan kolonial hanya terdapat sedikit
polesan hingga terlihat lebih kekinian.
Teguh menambahkan, sisi menarik lainnya terdapat bangunan masjid dengan
arsitektur mirip budaya Timur Tengah. Di Rest Area Heritage ini juga terdapat spot-spot foto,
cocok bagi pengunjung untuk mengabadikan momen liburan. “Terus ada spot-spot buat foto
juga, peninggalan kereta jaman dulu misalnya,” ungkap Teguh pada Selasa (11/06).
Ika Titi Hidayati
Average Rating