Kisah Mahasiswa Penyintas Covid-19

Kisah Mahasiswa Penyintas Covid-19

Read Time:3 Minute, 5 Second

Kisah Mahasiswa Penyintas Covid-19


Per tanggal 5 Desember 2020, total pasien sembuh Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) mencapai 563,680 orang. Berdasarkan peta sebaran Covid-19 yang terdapat pada laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 covid19.go.id, kasus sembuh paling banyak ada di kelompok umur 31—45 tahun dengan presentase 31,04% dari total kasus positif 30,41%. Sedangkan di kelompok umur 19—30 tahun, presentase sembuh adalah 25,36% dari total kasus positif 24,63%. Untuk rentang umur 6—18 tahun, presentase sembuh adalah 8,89% dari total kasus positif 8,8%.

Dalam angka-angka tersebut, ada pula Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi salah satunya. Adalah Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Firda Rahma (18), salah seorang penyintas Covid-19 yang sempat menetap di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran. Ia mengatakan, Wisma Atlet menjadi tempat karantina baginya. Berdasarkan pengalaman Firda pula, pihak Wisma Atlet menyediakan perawatan intensif untuk para pasien, seperti makanan bergizi, vitamin, hingga pemeriksaan kesehatan harian. “Selain itu, saya sempat mendapat bantuan vitamin dari pihak kelurahan,” ungkapnya, Rabu (18/11).

Firda memiliki pengalaman menarik selama menetap di Wisma Atlet selama dua minggu. Ia dapat berkumpul dan terhubung dengan pasien lainnya, saling menguatkan untuk sembuh. Setelah kembali ke rumah, Firda merasakan sikap masyarakat sekitar yang sedikit awas kepadanya dan keluarga. Sebagian dari mereka pun menghindari interaksi langsung untuk mengurangi risiko tertular Covid-19.

Berbeda cerita, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Alifia Nurmalia (19) membagikan pengalaman isolasi mandirinya di rumah. Berawal dari sang ayah yang sakit selama dua minggu, hasil tes usapnya mengatakan positif Covid-19. Alifia kemudian ikut merasakan gejala-gejala Covid-19 seperti tak dapat mengecap rasa dan menghidu bau. “Setelah itu, saya pun melakukan tes usap dan ternyata benar positif,” imbuh Alifia.

Pun selama dua minggu merasakan gejala yang mirip dengan flu biasa tersebut, Alifia sangat menjaga kesehatan dan imunitasnya. Menurutnya berdasarkan banyak pakar kesehatan, orang terpapar Covid-19 dapat sembuh dengan rutin minum vitamin, olahraga, makan makanan bergizi, serta menstabilkan pikiran.

Apa yang Harus Penyintas Lakukan?

Menurut informasi dari Ketua Satuan Tugas Covid-19 UIN Jakarta Dokter Hari Hendarto, Universitas Hong Kong pernah melaporkan kasus seorang pria yang kembali terinfeksi Covid-19 setelah dinyatakan sembuh. Namun, World Health Organization menyarankan untuk tak mengambil kesimpulan berdasarkan satu kasus saja walau data tersebut juga tidak bisa diabaikan. Sejauh ini, belum ada penelitian yang mampu menjelaskan secara pasti mengenai risiko infeksi ulang Covid-19. Sementara itu, hasil studi Universitas Monash secara definitif menunjukkan, pasien akan memiliki kekebalan terhadap virus dan penyakit tersebut.

Penyintas Covid-19 pun sering kali masih menunjukkan gejala jangka panjang seperti mudah lelah, nafas pendek, dan batuk-batuk. Cara terbaik untuk mencegah komplikasi jangka panjang tersebut tidak lain ialah dengan mencegah infeksi ulang Covid-19. “Maka dari itu, baik yang pernah terpapar maupun belum, tetap harus mematuhi protokol untuk mencegah penularan dan meminimalisir risiko lebih lanjut,” imbuh Hari, Kamis (24/11). Jika terdapat keluhan, penyintas dapat segera konsultasi kepada dokter atau tenaga kesehatan.

Hal tersebut turut dijelaskan oleh Ketua Tim Laboratorium Terpadu Layanan Molekuler Covid-19 UIN Jakarta Dokter Erike Anggraini. Penyintas Covid-19 dapat tertular kembali karena strain atau subtipe virus Covid-19 yang bermacam-macam. Sebagai contoh, terjadinya infeski pertama dan kedua bisa jadi disebabkan oleh subtipe virus yang berbeda.

Tidak ada squele (sisa gejala) secara klinis yang dominan pada Covid-19 ringan dan sedang. Namun pada infeksi Covid-19 berat yang mana memerlukan instalasi rawat intensif, pasien dapat mengalami gangguan fungsi paru meskipun hal tersebut jarang terjadi. Maka dari itu Erike menegaskan, penyintas Covid-19 tetaplah harus menjaga protokol kesehatan. “Covid-19 itu nyata dan protokol kesehatan yang kuat sangatlah membantu pencegahan penyebaran virus tersebut”, tuturnya, Sabtu (19/11).

MYH, SHN

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Tantangan di Balik Penantian Hasil Pemilwa Previous post Tantangan di Balik Penantian Hasil Pemilwa
Mahasiswa Terduga Penipuan, Bagaimana Tindak Kampus? Next post Mahasiswa Terduga Penipuan, Bagaimana Tindak Kampus?