Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis yang berlokasi di Kuningan, Jakarta Selatan, memiliki berbagai macam fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Fasilitas tersebut, antara lain auditorium, ruang galeri, perpustakaan, dan Pusat Pelatihan Erasmus.
Pusat Pelatihan Erasmus menjadi wadah bagi masyarakat yang ingin belajar bahasa Belanda. Pelbagai pengunjung pun Institut temui. Kalangan mahasiswa, biasanya ke sana agar bisa menggapai impian: belajar di kampus-kampus Belanda. Sedangkan masyarakat umum, rerata ingin memperdalam ilmu soal bahasa Belanda.
Auditorium yang berada di Pusat Kebudayaan Erasmus Huis, sering mengadakan acara serta kegiatan yang berkaitan dengan Negeri Kincir Angin. Suara menggelegar dari konser musik, tari hingga pementasan drama, kerap meramaikan kegiatan di ruangan auditorium.
Untuk mendatangi Erasmus Huis, pengunjung dapat menggunakan moda darat. Mulai dari mobil, motor serta angkutan umum seperti TransJakarta hingga kereta rel listrik. Sebelum memasuki Erasmus Huis, pengunjung diminta memperlihatkan sertifikat vaksin kedua Covid-19. Setelahnya, pengunjung dipersilahkan masuk.
Selanjutnya pengunjung akan diarahkan untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh dan menggunakan penyanitasi tangan—hand sanitizer. Pengunjung kemudian diperiksa dengan melewati pengamanan. Setelah itu, pengunjung harus mengisi kehadiran dan akan mendapat gelang khusus bertuliskan ‘visitor’ dari petugas.
Saat memasuki Erasmus Huis, terlihat Pusat Pelatihan Erasmus serta bangunan koleksi buku tua berbahasa Belanda berada di sisi kanan. Sedangkan di sisi kiri, terdapat satu bangunan yang mencakupi: perpustakaan, ruang galeri di lantai satu serta auditorium di lantai dua. Tak jauh dari pandangan mata, Gedung Kedutaan Besar Belanda berdiri megah di belakangnya.
Perpustakaan Erasmus Huis memberikan suasana yang begitu tenang dan nyaman. Tampilan yang menarik dan terkesan sederhana. Lampu-lampu hias yang terdapat di plafon perpustakaan menambah kesan estetika.
Kumpulan buku yang memenuhi perpustakaan begitu beragam. Seperti sejarah, alam, biografi, fiksi, dan masih banyak lagi. Buku-buku tersebut ada yang berbahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda. Akan tetapi, buku yang paling banyak di perpustakaan tersebut berbahasa Belanda.
Brian, salah satu pengunjung Erasmus Huis mengatakan tempatnya yang nyaman, tatanan bukunya yang rapi yang menjadi daya tarik dari perpustakaan ini. “Suasana di perpustakaan nyaman, jadi betah berlama-lama di sini,” ujar Brian, Rabu (23/2). Ia juga mengatakan, ada satu buku yang menarik perhatiannya yaitu Indonesia Paradise on The Equator. Buku itu membahas keindahan serta keunikan Indonesia.
Di sisi lain, Laila, ia mengunjungi Perpustakaan Erasmus Huis karena dekat dengan tempat tinggalnya yang berada di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Selain itu, ia mencari buku referensi yang sesuai dengan jurusannya: hukum. Menurutnya, hukum yang ada di Indonesia mengadaptasi dari hukum Belanda. “(Karena) Ada keterkaitan sejarah antara Belanda dengan Indonesia,” ucap Laila. Rabu (23/2).
Reporter: Aisyah Fitriani Arief
Editor: Syifa Nur Layla
Average Rating