Janji dan Solusi Paslon untuk Kesehatan Tangsel

Janji dan Solusi Paslon untuk Kesehatan Tangsel

Read Time:2 Minute, 22 Second
Janji dan Solusi Paslon untuk Kesehatan Tangsel

DEMA FK soroti isu kesehatan di Tangsel dalam diskusi publik. Paslon gagas peningkatan akses kesehatan dan pengentasan stunting menjadi fokus utama.


Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran (DEMA FK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan diskusi publik calon kepala daerah Tangsel, Kamis sore (14/11). Acara semula direncanakan untuk menghadirkan kedua Pasangan Calon (Paslon) Walikota-Wakil Walikota Tangsel, namun paslon nomor urut satu berhalangan hadir.

Keberadaan berbagai masalah Kesehatan yang terjadi di Kota Tangerang Selatan menjadi latar belakang Dema FK menggelar acara tersebut. Mereka juga menilai bahwa kesehatan merupakan permasalahan yang penting dan krusial bagi pemerintah ke depannya nanti. “Oleh karena itu, kami ingin mengulik bagaimana isi pikiran masing-masing calon untuk Kesehatan Tangsel kedepannya,” ujar Maulana Sadad Abrar selaku ketua pelaksana acara, Kamis (14/11).

Shinta Wahyuni Chairuddin, calon wakil walikota nomor urut dua memaparkan gagasan yang dirancang untuk mengatasi masalah kesehatan di Tangsel. Salah satu fokus utama paslon ini ialah kemudahan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat dengan mengembalikan fungsi preventif puskesmas sebagai layanan publik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, pemerintah daerah kabupaten/kota memegang wewenang rumah sakit kelas C dan D. Shinta menambahkan, siasat lain untuk mencapai keberhasilan gagasannya adalah perlu adanya penambahan jumlah rumah sakit dengan membuat tematik.

“Jadi, untuk menyiasati regulasi yang ada kita bisa membuat tematik. Misalnya, di Ciputat rumah sakit khusus mata, kemudian ada rumah sakit ibu dan anak, atau rumah sakit lainnya untuk kesehatan mental,” ucapnya, Kamis (14/11).

Prioritas lain dari paslon ini adalah program Zero Stunting. Melihat permasalahan rokok di Tangsel, ia mengatakan, sudah ada regulasi dari pemerintah untuk mengatasinya. Namun sayangnya, hal tersebut belum cukup meningkatkan kesadaran masyarakat. “Bukan hanya tugas pemerintah kota saja, masyarakat sendiri pun harus dibangun kesadarannya bahwa asap rokok itu sangat merugikan kita,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Ariela, salah satu peserta diskusi publik, program yang digagas oleh paslon tersebut lebih kepada tindak pengobatan dibandingkan dengan pencegahan penyakit. Meskipun, ia menilai, program-program tersebut sudah cukup baik melihat kondisi Tangsel sendiri. 

“Tapi kalau dari aku pribadi, sebagai tenaga kesehatan yang memang berfokus pada pencegahan penyakit, agaknya kurang. Karena seperti yang kita tahu, kalau sudah sakit berarti ada dana pengobatan yang harus lebih dikeluarkan lagi,” ucap Ariela, Kamis (14/11). 

Ia berharap para paslon menggagas langkah konkret untuk meningkatkan kualitas kesehatan, terutama di pelayanan kesehatan sendiri, seperti puskesmas. Menurutnya, dengan meningkatkan kualitas layanan kesehatan, maka pemerintah bisa menilai kondisi kesehatan masyarakatnya. “Kalau kita lihat dari pendataan, puskesmas itu masih belum optimal dari segi pencatatannya. Masih banyak data-data yang belum tercatat di puskesmas Tangsel sendiri,” tambahnya.

Meninjau ketidakhadiran dari paslon nomor urut satu, pihak penyelenggara akan melaksanakan kembali diskusi publik untuk paslon tersebut. “Kami akan menyelenggarakan kembali diskusi dengan tema yang sama agar fair dengan paslon yang hadir pada saat ini,” pungkas Maulana.

Reporter: NA
Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Cari Penghasilan Tambahan, Mahasiswa Tempuh Jalur Ojol Previous post Cari Penghasilan Tambahan, Mahasiswa Tempuh Jalur Ojol
Second Account dan Kebebasan Berekspresi Anak Muda Next post Second Account dan Kebebasan Berekspresi Anak Muda