Melalui pameran seni dan pertunjukan budaya, Festival Dadap menghubungkan warga lokal dengan masyarakat luas untuk melawan penggusuran Kampung Dadap. Acara tahunan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan Kampung Dadap.
Balada Pesisir Kampung Dadap adalah festival untuk memprotes pemerintah terhadap rencana penggusuran warga yang berada di kawasan Dadap, Kabupaten Tangerang. Festival itu berawal dari inisiatif dan gagasan kreatif penduduk lokal demi memperjuangkan tanah kelahiran.
Festival tersebut menjadi wadah bagi warga untuk menyuarakan hak-hak mereka melalui tema “Bertahan Bersama Di Titik Terendah Pemberantasan Korupsi, Demokrasi, dan Krisis Iklim”. Festival ini dirancang oleh para pemuda yang memiliki minat di bidang seni dan musik. Melalui kegiatan ini, mereka berharap dapat membangun kesadaran dan mencegah terjadinya penggusuran yang berkelanjutan.
Saat ini, warga Kampung Dadap menghadapi masalah berupa penggusuran rumah warga. Penggusuran tersebut direncanakan pemerintah untuk membangun tanggul laut. Situasi ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditetapkan oleh Joko Widodo pada Maret 2024.
Panitia Pelaksana Festival Dadap, Deddy Sopian Priani mengungkapkan tema ini lahir dari kolaborasi antara Kampung Dadap dengan Indonesia Corruption Watch (ICW). Festival tersebut mengusung konsep pertunjukan musik yang dipadukan dengan pameran seni. Pameran yang ditampilkan seperti Art Exhibition Lini Masa Dadap dan penampilan budaya, termasuk Hadroh Al Ikrom dan Silat Besi Kembang Dadap.
Selain itu, terdapat pula lokakarya yang bertema “Nengokin Dadap Dari Dekat”. Kegiatan ini bertujuan merefleksikan perubahan di Dadap yang melibatkan peserta dari luar kampung. “Kita juga mengadakan lokakarya berupa kegiatan yang mengenalkan Kampung Dadap dan mengingat kembali Kampung Dadap yang sekarang,” jelas Deddy pada Minggu, (15/12).
Deddy menjelaskan bahwa Festival Dadap merupakan acara tahunan yang dimulai sejak 2020 dengan tema berbeda setiap tahunnya. Ia berharap, festival ini mampu mendorong pemuda Kampung Dadap untuk lebih peduli terhadap isu sekitar dan aktif berpartisipasi. “Harapan dari festival ini mungkin agar pemuda kampung Dadap lebih semangat menjalankan acara ini,” ujar Deddy.
Peserta Festival Dadap, Abyan Harsono menilai bahwa festival ini memiliki manfaat yang cukup kompleks, terutama sebagai media untuk menyuarakan hak-hak masyarakat lokal. Ia menyebutkan, pameran sejarah Kampung Dadap dan berbagai kegiatan menarik lainnya berhasil menarik perhatian peserta dari luar daerah. “Festival ini cukup bermanfaat karena dapat membuat Kampung Dadap lebih dikenal dan membantu mengatasi masalah penggusuran yang mungkin terjadi,” ujar Abyan, Minggu (15/12).
Di sisi lain, Asep Kurniawan selaku masyarakat lokal dan pengusaha warung makan di Kampung Dadap menyampaikan, festival ini membawa dampak positif bagi Kampung Dadap. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di kampungnya meningkat dalam empat tahun terakhir, terutama saat festival berlangsung. “Setahun sekali mengadakan festival ini, kami merasakan perubahan ekonomi karena banyaknya pengunjung yang datang,” jelas Asep, Minggu (15/12).
Sementara itu, menurut Asep, akses kendaraan menuju festival yang digenangi air laut dan air hujan menjadi masalah lain. Pengunjung festival menghiraukan kecepatan kendaraan sehingga air yang tergenang di jalanan pun memasuki rumah warga. “Ketika air laut pasang dan menggenangi jalan, kendaraan yang lalu lalang mungkin tidak mengurangi kecepatan dan air pun masuk ke rumah warga,” pungkas Asep.
Reporter: AZH
Editor: Rizka Id’ha Nuraini