Jejak Kehadiran UIN Jakarta di Tengah Permukiman

Jejak Kehadiran UIN Jakarta di Tengah Permukiman

Read Time:2 Minute, 35 Second
Jejak Kehadiran UIN Jakarta di Tengah Permukiman

Dampak UIN Jakarta tak hanya terasa bagi mahasiswa di dalam kampus. Warga sekitar juga punya cerita menarik tentang bagaimana kehidupan mereka berubah semenjak kehadiran kampus tersebut. 


Sejak berdiri pada 1960, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah memberikan pengaruh terhadap  kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal tersebut tidak terlepas dari lokasi UIN Jakarta yang berada di tengah permukiman penduduk.  

Pemilik Kantin Pelangi yang berada di Pesanggrahan, dekat Kampus Satu UIN Jakarta, Nanang Sunarya, mengaku merasa nyaman saat berdagang di sekitar kampus tersebut. Menurutnya, UIN Jakarta telah memberikan dampak positif bagi perekonomiannya. “Alhamdulillah, nyaman berdagang di sini juga gak ada keluhan. Alhamdulillah juga bisa menambah ekonomi, memenuhi kebutuhan keluarga, dan membantu orang lain juga,” ungkap Nanang, Senin (11/11).  

Kenyamanan serupa turut dirasakan oleh Umriah, pemilik warung nasi di Kertamukti, Kampus Dua UIN Jakarta. Umriah yang merupakan warga asli di sana mengungkapkan, sebelum hadirnya UIN Jakarta, jalanan masih sangat sepi karena berupa hutan. Namun, sekarang sudah sangat ramai sehingga ia bisa membuka usaha. 

“Sekarang, jalanan mau sampai malam juga, kita nyaman, karena kalau dulu di sini kan hutan dan rawa, ularnya juga besar-besar. Alhamdulillah sekarang ekonomi kita juga makin bertambah,” ujar Umriah, Selasa (12/11).  

Di balik kenyamanannya itu, Ia berharap pihak kampus segera memperbaiki jalan apabila ada kerusakan. “Ya itu, kalau lagi ada yang retak-retak atau lubang-lubang tolong segera diperbaiki saja, karena kan kadang suka kasihan juga sama anak-anak yang lewat,” tuturnya.  

Sependapat dengan Nanang dan Umriah, Sufafal, pemilik kos sekitaran Legoso, Kampus Tiga UIN Jakarta, mengakui adanya dampak baik dari kampus tersebut. Menurutnya, keberadaan kampus turut menaikkan perekonomian penduduk sekitar. “Orang yang punya usaha kecil, punya modal kecil bisa berdagang, baik warga sekitar atau pedagang kaki lima. Itu kan bisa menjadi tumpuan atau harapan ekonomi keluarga,” ucap Sufalal, Selasa (12/11).  

Sejak tinggal di sekitar UIN Jakarta, Sufalal menyadari pentingnya ilmu pengetahuan, sehingga termotivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.  “Ya, Alhamdulillah dengan saya tinggal di sini, dan melihat anak-anak berangkat kuliah, juga wisuda. Itu menambah motivasi saya bagaimana caranya anak kita bisa seperti itu,” katanya.  

Meskipun begitu, Sufalal juga merasa resah terhadap kebiasaan mahasiswa UIN Jakarta yang suka berbicara kotor. Kebiasaan tersebut dinilai dapat memberikan dampak buruk bagi anak-anak di lingkungan sekitar. “Walaupun memang hanya omongan, tapi itu kan suatu yang tidak bagus menurut saya dan bisa berdampak kepada anak-anak yang tinggal di lingkungan sini,” ujarnya.  

Sufalal juga mengungkapkan perlunya sinergi antara mahasiswa dengan masyarakat sekitar untuk saling menghargai satu sama lain. Menurutnya hal tersebut bisa memberikan dampak kepada mahasiswa yang nantinya akan kembali ke masyarakat. “Istilahnya, bapak menghormati anak-anak, begitu pun sebaliknya. Misalnya kalau lewat bilang permisi ,” jelasnya.  

Selain itu, Sufalal berharap agar UIN Jakarta tetap mengawasi aktivitas anak-anak sekitar dengan  mengedepankan nilai-nilai keislaman. “Saya harap kalau nanti UIN ada keinginan untuk membangun kampus baru, tanah hunian, pusat bisnis, atau bahkan apartemen, itu tetap yang bernuansa Islami, karena jika tidak Islami, maka kehidupan bisa kacau,” tutupnya.  

Reporter: TNI
Editor: Muhammad Arifin Ilham

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Kurang Sosialisasi SEB Pada Tes Bahasa Previous post Kurang Sosialisasi SEB Pada Tes Bahasa
Suara Warga Menentang Penggusuran Next post Suara Warga Menentang Penggusuran