Habitat Gajah Memasuki Tingkat Kritis

Read Time:2 Minute, 17 Second
Pemberian rekor Muri kepada Erwansjah selaku CEO WWF Iindonesia saat acara pembukaan (16/12)

Jakarta, INSTITUT– Selama 50 tahun mengabdi untuk konservasi alam Indonesia, World Wide Fund Indonesia (WWF) mengadakan acara ulang tahun bertema Golden Path of Love yang artinya Persembahan Cinta untuk Bumi. Turut hadir, Perwakilan Kelompok Studi Lingkungan (KSLH) Riau yang sengaja bertolak ke Jakarta untuk meminta dukungan nasional atas kasus kematian 15 individu gajah sumatera akibat diracun pada tahun 2012.
Kehadiran Rahmad Adi selaku koordinator KSLH Riau untuk meminta masyarakat dan  pemerintah agar memperhatikan kasus kematian gajah sumatera. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya. “Bangkai gajah sumatera yang ditemukan tidak selamanya dalam keadaan utuh,” tutur Rahmad. Untuk gajah sumatera laki-laki yang memiliki gading, ditemukan dalam keadaan tidak bergading lagi. Menurutnya, Hasil penemuan di lapangan ini bisa mengarah kepada kasus perburuan.
Rahmad mengatakan, faktor yang menyebabkan gajah sumatera diracun belum diketahui. Ia menduga, terdapat perkebunan yang berdekatan dengan kawasan gajah sumatera sehingga menggangu ekosistem. Karena gajah sumatera yang hidup berkelompok akan terus berputar mengikuti jalan purba ibunya selama 30 tahun dan tidak akan berpindah.
Saat ini terjadi alih fungsi. Menurutnya, habitat gajah terganggu karena adanya perkebunan sawit maupun akasia. Akibatnya, tumbuhan sawit dijadikan konsumsi gajah sumatera sehingga gajah sumatera dianggap sebagai hama oleh masyarakat.
“Kasus ini pernah dibahas dalam sebuah seminar berjudul ‘Dinamika Supremasi Hukum untuk Satwa yang Dilindungi’ yang diadakan di Universitas Islam Riau (UIR),” ujarnya. Rahmad berkeinginan agar satwa tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya, dengan memperbaiki habitatnya pula.
Senada dengan Rahmad, Dyah Eliarini dari WWF Indonesia mengatakan, kasus kematian gajah sumatera akibat diracun memasuki tingkatan kritis. “Indonesia yang sebelumnya meliliki tiga macam gajah, sekarang hanya tersisa gajah sumatera yang artinya semakin dekat menuju kepunahan,” ujarnya, Minggu (16/12).
Peremuan yang biasa disapa Rini ini menjelaskan, WWF hanya bisa turut membantu dalam pengajuan petisi. Sebelumnya, WWF pernah melakukan investigasi untuk menemukan pelakunya, namun tidak ada tindakan penahanan oleh aparat keamanan.
Menurutnya, percuma bila menyelamatkan satwa tanpa mengembalikan fungsi habitatnya.  Rini sangat menyayangkan, penataan ruang yang tidak memperhatikan makhluk hidup lainnya, seperti yang terjadi di Riau. “Sebagai makhluk hidup yang bisa berfikir, jangan mendirikan rumah atau perkebunan disekitar jalannya gajah,” tukasnya.
Dalam permasalahan ini, Rini berharap,  pemerintah harus serius menangani masalah ini agar menjaga habitat satwa langka. Meski  penataan ruang berbasis ekosistem sudah mulai dilaksanakan oleh pemerintah, hal ini sering berbenturan antara kepentingan alam dengan kepentingan bisnis.
Acara yang bertepatan dengan  car free day ini dimeriahkan oleh 250 orang Tentara Nasional Indonesia Angakatan Darat (TNI AD) yang berjoget gangnam style di Hotel Indonesia (HI). Kemudian, acara berpindah menuju Taman Ismail Marzuki dari Bundaran HI pada pukul 08.00 WIB, bersamaan dengan pawai 20 boneka panda yang dibonceng sepeda dan memperoleh rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI). (Dewi Maryam)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Visi Misi Calon Dekan FST Belum Utamakan Mahasiswa
Next post Simulasi PBB, Mahasiswa Diplomasikan Isu Internasional