Mini Orkestra Addie MS, Saat Klasik Dikemas Menarik

Read Time:4 Minute, 17 Second
Addie MS dan Twilite String Orchestra dalam acara Mini Orchestra
with Addie MS di @america, Pasific Place, Jum_at (23/1)


 “We want more, we want more, we want more! Mas Addie, ulang lagi dari awal mas!”
          Seruan-seruan itu tak henti-hentinya membahana di seluruh ruangan usai Addie MS menghentakkan baton, tongkat kecil yang digunakan konduktor, terakhir tanda pertunjukan orkestra telah selesai. Seolah tidak ingin malam itu berakhir, sejumlah penonton sambil terus memberikan standing applause, terus saja menyerukan, “Ini baru jam setengah sembilan mas, we want more!”
          Malam itu, konser mini orkestra bertajuk “Mini Orchestra with Addie MS” di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan memang berakhir setengah jam lebih awal dari jadwal pukul 21.00 WIB.  Keceriaan lagu klasik berjudul Plink, Plank, Plunk karya komponis Amerika, Leroy Anderson menjadi lagu terakhir yang mengiringi si konduktor kenamaan, Addie MS, menutup konser malam itu.
          Classical night yang digelar pada Jum’at (25/01) malam itu memang terasa sangat cepat berlalu. Tanpa disadari, dalam waktu satu setengah jam, delapan lagu karya delapan komponis klasik kenamaan asal Amerika telah habis dibawakan. Bersama delapan belas musisi Twilite String Orchestra, Addie MS berhasil membawakan lagu klasik itu secara instrumental dengan nuansa yang anggun dan indah, namun tetap asyik didengar.
          Sepanjang pagelaran mini orkestra itu berlangsung, hampir semua pengunjung nampak larut di dalamnya. Banyak dari mereka yang tak segan-segan untuk mengayun-ayunkan kepala, menghentakkan tangan bahkan kaki mereka sesuai alunan nada yang mengalir. Bahkan, beberapa pengunjung pun tanpa sadar juga terlihat menggerakkan kepalanya sesuai ayunan tangan Addie MS, sang konduktor orkestra.
          “Kita berusaha maksimal untuk memainkan musik klasik ini dengan sesempurna mungkin. Kualitas musik klasik tetap dipertahankan, namun dalam pengemasan, musik kamar ini pun sebenarnya dapat dikemas dalam bentuk-bentuk yang lebih bersahabat. Tidak melulu harus serius dan formal, yang penting enjoy the music,” ujar Addie MS saat ditemui usai konser.
            Dengan ramah, Addie MS menjelaskan, musik klasik memang musik eropa yang identik dengan  pertunjukan elegan, menggunakan dress-code formal, harga tiket yang mahal, serta diselenggarakan di gedung-gedung mewah. Namun kini, banyak negara yang telah mengubah penyajian musik klasik ke gaya yang lebih menyenangkan. “Inilah pendekatan yang juga saya gunakan dalam bermain musik klasik. Kalau bisa kekakuan itu nggak ada,” tambah Addie MS.
           
            Addie MS melihat penyajian yang menyenangkan dapat membuat musik klasik lebih dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat, utamanya anak muda. Dengan begitu,   musik klasik tetap eksis dan tidak punah dimakan zaman.
             Selama acara berlangsung, gelak tawa dari sejumlah penonton tak luput sesekali mewarnai ruangan saat Addie MS dan sejumlah musisinya melakukan beberapa manuver dalam permainan orkestranya. Sejumlah ice-breaking pun juga disisipkan oleh Addie MS setiap usai membawakan sebuah lagu.
          Oleh Twilite String Orchestra, biola, selo dan kontrabass dipetik sehingga menghasilkan nada-nada instrumental lagu klasik indah nan riang. Kemasan lagu-lagu klasik malam itu indah, namun tetap tak menghilangkan kualitas musik klasik.
          Hari itu, tak kurang dari 580 orang memenuhi ruangan @america. 380 orang diantaranya berada di dalam hall dan sisanya harus rela menonton di luar hall melalui layar besar yang disediakan penyelenggara. Meski begitu, antusiasme pengunjung tidak surut. Muda, tua, bahkan anak-anak kecil pun terlihat tetap sangat menikmati pertunjukan.
          Ade Sukoco selaku Panitia Penyelenggara mengatakan, jumlah pengunjung malam ini merupakan jumlah pengunjung terbanyak selama dua tahun @america mengadakan acara. Menurutnya, ini merupakan konser kedua yang pernah digelar oleh Addie MS. “Ini merupakan acara harian @america. Bila selama ini pop, rock atau jazz. Dengan klasik, kami ingin tampil sedikit berbeda,” ujar Ade.
          Biaya masuk konser yang gratis, serta pengunjung yang menggunakan pakaian semi formal atau bahkan casual membuat konser klasik ini terasa berbeda. Hal tersebut dibenarkan salah satu pengunjung, Ayu Subagyo. Mahasiswi Swiss-German University ini mengatakan, malam itu merupakan kali pertamanya menonton sebuah konser klasik yang dihadiri banyak sekali pengunjung.
          “Acara malam ini keren. Jujur, saya tidak pernah melihat konser musik klasik dengan antusiasme penonton sebanyak ini.  Orang-orang yang datang juga tidak seperti biasanya, mereka terlihat mengapresiasi konser klasik ini,” ujar Ayu.
          Salah satu penggemar Addie MS ini mengatakan, ia memang pengagum musik klasik yang dibawakan secara instrumental. Menurutnya, musik klasik dapat menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan kanan, utamanya untuk para pemain. “Karena pakai not balok, pemain harus dapat membagi konsentrasi untuk membaca, menghitung ketukan, dan tentunya memainkan alat musiknya,” tandas Ayu. (Adea Fitriana)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Liburan, PU Tetap Ramai Dikunjungi
Next post Suara Rakyat di Atas Kanvas