Read Time:2 Minute, 28 Second
Peningkatan kualitas Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang terdiri dari 15 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan 10 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dilakukan dengan pengadaan audit. Audit dilaksanakan oleh tim auditor yang berasal dari Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) atas permintaan Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan.
Hasil audit telah keluar pada Maret lalu. Salah satunya hasil audit adalah pembuatan 34 butir mutu standar untuk LK. Anggota Pusat Audit dan Pengendalian Mutu, Lisma Dyawati Fuaida mengatakan, butir-butir tersebut bertujuan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang telah ditetapkan.
Terkait penilaian terhadap butir-butir tersebut, Lisma mengatakan, pelaksanaan audit menghasilkan laporan ketidaksesuaian sejumlah aspek-aspek terhadap 34 butir-butir di LK. Analisis-analisis ketidaksesuaian tiap aspek mencakup administrasi kegiatan unit, pengelolaan lembaga, evaluasi kegiatan, sarana dan prasarana, kerja sama lembaga dan sumber daya manusia.
Peninjauan secara cermat terangkum dalam 23 butir observasi dan 7 ketidaksesuaian mayor. “Setiap aspek kami berikan summary. Misalnya akar penyebab aspek, akibat yang akan timbul, dan rekomendasi agar lebih baik ke depannya,” kata Lisma, Senin (14/4). Summary, jelasnya, akan memudahkan UKM dan BEM memperbaiki ketidaksesuaian terkait dengan butir-butir.
Sementara itu, mengenai butir-butir yang belum terpenuhi hingga saat ini, Kasubag Pengembangan Mahasiswa dan Alumni, Masruri menuturkan, pengadaan integrasi website Lembaga Kemahasiswaan dengan website UIN Jakarta merupakan salah satunya. “Namun, ketidaksesuaian itu tak sepenuhnya disebabkan oleh LK. Kemahasiswaan memang tidak memiliki tenaga ahli website,” lanjutnya.
Selain website yang terintegrasi, ketidaksesuaian juga terlihat dalam butir pengadaan inventaris di Lembaga Kemahasiswaan, seperti pengadaan fasilitas komputer. “Bagaimana LK bisa menyimpan data dengan baik? LK saja tidak difasilitasi dengan komputer,” kata Wakil Rektor III, Sudarnoto Abdul Hakim, saat presentasi hasil audit di Ruang Diorama UIN Jakarta, Kamis (27/3).
Sejalan dengan Sudarnoto, Masruri menambahkan, tindakan perbaikan pada butir pengadaan inventaris ini harus dilakukan oleh pihak universitas. “Selama ini masih belum ada respon dari universitas, padahal telah diajukan oleh Kemahasiswaan,” katanya Kamis (17/4).
Masruri melanjutkan, perbaikan lembaga kemahasiswaan akan ditagih oleh tim auditor pada 30 April mendatang. Reward and punishmentakan diberlakukan pada lembaga-lembaga jika regulasi sudah sesuai dengan butir mutu. Reward akan diberikan bagi lembaga kemahasiswaan terbaik. “Namun, sampai saat ini Kemahasiswaan belum memberikan bentuk penghargaan yang jelas,” paparnya.
Sedangkan punishment pun akan diberikan bagi lembaga kemahasiswaan yang tidak memperbaiki ketidaksesuaian tersebut. “Organisasi yang tidak layak akan dicabut anggarannya. Mereka memang masih bisa aktif, tetapi dana akan mereka usahakan sendiri,” katanya. Maka, untuk menghindari hukuman ini, tindakan perbaikan dibantu dengan koordinasi melalui lembaga pembinaan. Pembina-pembina tersebut berasal dari dosen yang merupakan alumni Lembaga Kemahasiswaan.
Beberapa butir ketidaksesuaian mayor yang perlu diperbaiki oleh sebagian besar LK antara lain akses teknologi informasi, sistem reward and punishment internal, dan struktur organisasi yang jelas. Selain itu, butir observasi terlihat dari penindaklanjutan MoU tingkat universitas, bukti prestasi unit pada tingkat internasional, survei kepuasan (mahasiswa, pengguna, stakeholders), dan laporan hasil kerja sama.
(Maulia Nurul)
Average Rating