![](http://3.bp.blogspot.com/-0jRWfhI1AeE/U8ZskPw8TqI/AAAAAAAADVo/LMio8sWnRqM/s1600/photo.png) |
Safari ANS tengah menyampaikan materi dalam acara bedah buku “Harta Amanah Soekarno” di aula Student center (SC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (10/7). |
Selama ini, harta amanah Soekarno diterjemahkan sebagai klenik atau magic. Padahal setelah dikaji melalui kacamata ilmiah akademik, ternyata bisa diterjemahkan menjadi suatu analisa yang sistematik dari ilmiah. Hal itu disampaikan oleh penulis buku Harta Amanah Soekarno, Safari ANS pada acara bedah buku di Aula Student Center, Kamis (10/7).
Berdasarkan keterangan dalam buku yang ditulis oleh pendiri Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT ini, harta kekayaan Soekarno berasal dari kekayaan milik 128 kerajaan di dunia yang dititipkan kepada Soekarno. Hal ini ditujukan agar Soekarno dapat menata dunia baru yang terintegrasi di bawah satu kepemimpinan, satu kekuasaan, dan satu pemerintahan.
“Harta amanah Soekarno adalah nyata, faktual, dan berada dalam sistem perbankan internasional yang bisa diverifikasi, bisa diaplikasikan, dan diimplementasikan. Hal itu berdasarkan kaedah perbankan dan peraturan yang berlaku,” lanjut pendiri International Fund for Indonesian Development (IFID) di Hongkong ini.
Harta tersebut juga sesuai dengan The Green Hilton Memorial Agreement pada 14 November 1963, yang diperkuat dengan Bank Agreement and Custodial Safekeeping antara Union Bank of Switzerland (UBS) dengan Soekarno pada 9 Agustus 1966. “Sehingga, aset tersebut berlaku dan eksis dalam banking system,” tambah pria kelahiran Belitung ini.
Safari menjelaskan, buku karyanya ingin menyampaikan kepada presiden Indonesia yang baru bahwa keberanian untuk memulai merunutkan sejarah ini dengan benar sangat diperlukan. Terlepas dari persoalan tentang keberadaan uang dan emas yang masih ada atau tidak.
Salah satu peserta diskusi, Abdul Jalil, mengkritik apa yang ada dalam buku Harta Amanah Soekarno. “Jika Soekarno dan John F. Kennedy bertemu, seharusnya ada keterangan tanggal di istana. Namun, di tanggal itu tidak ada pertemuan yang dilakukan,” ujar mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan itu, Kamis (10/7).
Menanggapi hal tersebut, pria yang akrab disapa Mr. Ans ini mengungkapkan, ada dua macam pertemuan. Pertemuan pribadi dan pertemuan kenegaraan. Saat itu, Soekarno dan John F. Kennedy mengadakan pertemuan pribadi. Jadi, tidak ada keterangan pertemuan pada tanggal 14 November 1963.
Dalam acara ini, Safari menyampaikan harapannya kepada hadirin yang datang ke acara bedah buku ini, agar menghidupkan kembali tradisi ilmiah di kampus.Di antaranya menggali sesuatu yang tidak jelas dan menemukan sesuatu yang selama ini dianggap tabu.
Dengan terselenggaranya acara ini, ketua panitia pelaksana acara bedah buku Harta Amanah Soekarno,Nur Hamidah berharap adanya acara iniagar ada interaksi positif antar pengurus dan anggota. “Selain itu, agar tali silaturahmi antar senior dan alumni LPM INSTITUT juga semakin erat. Ditambah juga dengan ilmu baru dari acara bedah buku tersebut,” papar mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) itu, Kamis (10/7).
Selain dihadiri oleh alumni dan pengurus, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa dari universitas lain. Salah satu peserta dari Universitas Indonesia (UI), Umi Fatiah, menyatakan acara bedah buku yang diselenggarakan oleh LPM INSTITUT itu sangat seru.
“Bedah buku ini membuka wawasan kita terutama perspektif kita tentang Soekarno, jadi ada perspektif baru aja. Ibaratnya seperti telur yang dibuka lagi cangkangnya,” ujar mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin ini seusai menghadiri acara bedah buku Harta Amanah Soekarno di Aula SC, Kamis (10/7).
Banyak peserta yang hadir dalam acara bedah buku Harta Amanah Soekarno itu, di antaranya senior serta alumni LPM INSTITUT, dan perwakilan dari beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UIN Jakarta. Mereka sangat antusias, terbukti pada saat sesi tanya jawab, banyak dari peserta yang bertanya, menanggapi, dan mengkritik perihal isi buku.
AS
Average Rating