Read Time:1 Minute, 4 Second
Gegap gempita kembali dirasakan setelah Joshua Oppenheimer merilis seri kedua film yang mengangkat narasi Peristiwa 65, yakni Senyap. Secara sederhana, Joshua dan rekan-rekan, mengangkat kisah besar dalam dua perspektif yang lazim, hanya dengan dua tokoh yang tidak terkenal. Dalam Jagal, film pertamanya, Joshua mengambil sudut pandang pelaku, sedangkan dalam senyap, mengambil prespektif korban.
Film ini menawarkan sebuah narasi alternatif, yang sangat jarang diterima publik, tentang sebuah persitiwa sejarah yang memutarbalikan Indonesia, dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Atas kepentingan mengungkap narasi alternatif sebagai tandingan narasi resmi yang berpuluh tahun ditanamkan dalam benak anak bangsa inilah kemudian kami berniat untuk memutarkan film Senyap untuk civitas akademika UIN Jakarta.
Berpuluh tahun, kami diajarkan tentang kudeta partai komunis, dan berpuluh tahun pula kami diceritakan bahwa angkatan darat adalah pahlawan penyelamat negeri ini. Berpuluh tahun kemudian, barulah diceritakan pada kami jika terjadi sebuah kejahatan kemanusiaan pada tahun 65. Diceritakan jika terjadi pelanggaran HAM berat, yang memaksa jutaan orang menjadi korban. Karena itulah, kami membutuhkan penjelasan agar hal-hal yang masih simpang siur dapat menjadi sedikit jelas dalam diskusi ini.
Selain itu, dalam rangka memperingati hari HAM jugalah, kami bermaksud, meminta saudara untuk hadir, membagi pengtahuan saudara akan kisah kelam ini, agar kemudian dapat menjadi sebuah pembelajaran tentang kemanusiaan, yang sudah sangat jarang kami dapatkan di bangku perkuliahan.
Average Rating