Pijar Harapan dalam Karya

Read Time:1 Minute, 49 Second

Di tengah padang lumpur, terlihat patung manusia setengah badan. Ia berwarna putih dan tak berambut. Berdiri sepi dengan tatapan kosong menatap  genangan air, bercampur tanah coklat kehitaman.
Itulah gambaran dari salah satu karya foto berjudulRemembrance, dalam pameran foto jurnalistik angkata XX yang bertajuk Pijar Lintang. Acara tersebut berlangsung di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Jakarta, pada 27 Maret-20 April 2015.

Remembrance karya dari Gangsar Eko Kusrudianto ini, berlatar belakang lumpur Sidoarjo. Dengan patung setengah badan tertanam di dalam lumpur, ia seolah ingin keluar dari sana dan meraih kebebasan. “Dalam foto ini, fotografer ingin memberikan gambaran bahwa masyarakat sana (Sidoarjo) masih menyimpan secercah  harapan untuk kehidupan yang lebih baik,” ujar Ketua Pameran, Johan Eka Firmansyah, Sabtu (11/4).

Tak seperti Remembrance, foto lain yang terkesan gigih dan pantang menyerah tercermin pada karya Nugroho Sejati, Aku untuk Dunia. Foto berukuran 3×4 ini nampak berbaris tiga orang lelaki berkursi roda memegang anak panah. Mereka begitu serius berlatih memanah sembari fokus memandangi  sasaran. 

Ketiganya merupakan atlet National Paralympic Committee (NPC), Salah satu objek dalam foto tersebut bernama Muhammad Baharudin. Selain atlet, dia juga seorang penjual kopi keliling. Potret ini menunjukan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.

Kesan foto sarat  makna  lekat pada karya  Mafa Yulie Ramadhani, berjudul Teror di Bantar Gebang. Lewat jepretan mata lensanya, ia ingin menyuguhkan sebuah potret sisi lain kehidupan. Di mana ketika sebagian masyarakat tengah terlelap dalam tidurnya, sebagian lain sedang berjuang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup.

Dengan wadah besar di punggung, terlihat beberapa pencari barang bekas di atas gunungan sampah, mulai dari anak muda hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan. Mereka mengkayuh memakai besi pengait, untuk mencari barang yang bisa menghasilkan uang.

Melalui Pijar Lintang, kata Johan, diharapkan nantinya pengunjung bisa merasakan segala problematika sebagian kehidupan masyarakat golongan bawah, “Semoga hasil karya foto kami dapat mewakili banyak harapan untuk kesejahteraan kehidupan masyarakat,” jelasnya.

Salah satu pengunjung, mahasiswi Universitas Indonesia  (UI), Cindy Andika Diana mengaku kagum dengan pameran tersebut. Lebih lagi, karya foto yang dihasilkan begitu menarik dan menginspirasi, “Banyak pelajaran yang bisa diambil dalam pemeran ini, fotonya bagus, inspiratif dan bisa bercerita,” pungkasnya, Sabtu (11/4).   
Yasir Arafat

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Bentuk Budaya Anti Korupsi
Next post KCPI, Ajak Masyarakat Cinta Pejuang Indonesia