Gambaran Mas Cilik sebagai Pemimpin Amanah

Read Time:2 Minute, 0 Second

Sekitar limabelas orang tengah menari di atas panggung yang didesain khas adat Jawa Tengah. Cahaya lampu kuning menerangi seluruh sudut ruangan. Alunan musik Jawa mengiringi penari yang mengenakan kebaya lengkap dengan selendang batik. Kemudian, enam orang membentuk formasi persegi panjang dan membentangkan bendera merah putih di tengah panggung.


Tak lama setelah penari membuka acara opera, dua lelaki naik ke atas panggung. Dua pria ini mengenakan baju batik dan blangkon di atas kepalanya. Sambil menari, kedua pria itu bernyanyi mengikuti irama musik dengan lantun Jawa Tengah.

“Ana cerita jegal-jegalan. Landa duwe karep. Wonge dewek malah mingslep. Bisane mung paido-paidonan,” itulah sepenggal prolog yang menggambarkan penjajahan Belanda di Tegal, Jawa Tengah. Prolog ini menceritakan seseorang yang menginginkan jabatan dengan cara licik.

Seusai pembacaan prolog, pria berpakaian batik merah dan blangkon melawan pihak Belanda yang saat itu menguasai Tegal. Pria itu bernama Mas Cilik dan memiliki jabatan sebagai Lurah. Ia tak terima dengan kebijakan semena-mena Belanda dalam memilih Bupati Tegal yang dijabat oleh Tumenggung Sostronegoro. Kekesalan Mas Cilik bertambah saat melihat penembakan oleh Belanda terhadap pribumi yang tak patuh melakukan tanam paksa.

Awalnya, Mas Cilik bersekutu dengan Mas Rangga (Patih Tegal) dalam melawan Tumenggung Sosronegoro. Mereka tak terima karena Sosronegoro bukan orang asli Tegal. Sosronegoro juga pemimpin yang berada di bawah kekuasaan Belanda. Perlawanan kedua belah pihak berlangsung sengit saat berebut wilayah Tegal.

Saat Sosronegoro wafat karena usianya yang tua, Belanda menunjuk Mas Rangga menjadi Bupati Tegal. Melihat hal itu, Mas Cilik merasa dikhianati oleh Mas Rangga. Ia pun menyatakan perang ke pihak Mas Rangga.

Belanda tak tinggal diam, mereka membantu Mas Rangga dalam melawan Mas Cilik. Kemudian, Mas Rangga membunuh Mas Cilik beserta para pengikutnya. Beberapa warga menangisi kematian Mas Cilik karena ia dikenal sebagai pembela kaum pribumi. Mereka juga mengutuk kepemimpinan Mas Rangga yang dinilai tidak bertanggungjawab.

Opera yang bertajuk Brandal Mas Cilik ini diselenggarakan oleh Teater Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah (Jateng) di Anjungan Jateng Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (20/9). Tak hanya itu, Bupati Tegal, Enthus Susmono turut hadir dalam Opera tersebut.

Sebagai Ketua Pelaksana, Yono Daryono mengatakan cerita tersebut bertujuan agar hati-hati dalam memilih pemimpin. “Masyarakat harus berkaca pada sejarah agar tidak terjebak dalam janji-janji yang menyesatkan,” katanya, Minggu (20/9).

Salah satu pengunjung asal Tegal, Yuni Rahmawati mengaku senang dan antusias dalam pertunjukan tersebut. “Selain melek sejarah, banyak nilai tentang tanggungjawab sebagai pemimpin dalam pentas itu,” ujarnya.


DP

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Bidikmisi Tak Pasti, Mahasiswa Gigit Jari
Next post Aksi Tani Tuntut Reforma Agraria