Read Time:2 Minute, 12 Second
Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan haruslah melakukan berbagai cara untuk menciptakan hal baru. Salah satunya dengan membuka usaha untuk menambah lapangan pekerjaan.
Menjawab hal tersebut Pusat Ekonomi Kreatif (Pekraf) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan kelompok mahasiswa yang bergerak dalam bidang bisnis, UINPreneuers mengadakan seminar dengan tema Creative UINPreneurs. Acara tersebut diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta, Kamis 10 Desember 2015.
UIN Jakarta sebagai salah satu institutsi pendidikan tinggi yang mencetak sarjana harus memberikan bekal bagi mahasiswanya dalam dunia bisnis. Setiap sarjana haruslah mempunyai pengalaman di dunia kerja. “S1 (strata satu) haruslah mencoba pekerjaan,” ungkap Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada, Kamis (10/12).
Dalam acara ini, hadir Menteri Perindustrian Indonesia periode 2005-2009, Fahmi Idris. Ia mengatakan, kurangnya pengusaha di Indonesia karena minimnya modal. Selain itu, kurang pengalaman menjadi faktor lambatnya pertumbuhan pengusaha Indonesia.
Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan Makanan (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Lukmanul Hakim mengatakan, satu per tiga populasi manusia di dunia adalah muslim. Mereka adalah lahan untuk menjual produk halal. “Sekitar dua milyar konsumen halal di dunia,” ungkapnya, Kamis (10/12).
Selain itu, tambah Lukman, perdagangan internasional dapat ditingkatkan dengan cara sertifikasi halal. Namun, hal tersebut masih sangat kurang di Indonesia. “Pasar internasional Indonesia baru mempunyai 12% produk halal di dunia,” katanya.
Selain para ahli dalam bidang ekonomi, acara ini juga mengundang tokoh-tokoh yang telah berhasil mengembangkan usaha mandirinya, seperti pendiri PeaceGen, Irfan Amalee dan artis, Zaskia Adya Mecca. Mereka bercerita tentang pengalamannya mencari penghasilan sendiri.
Zaskia mengatakan, kemajuan teknologi komunikasi haruslah dimanfaatkan dengan baik. Generasi muda dapat menggunakan media sosial untuk memasarkan produknya secara mandiri dan tidak memerlukan banyak modal. “Sebagai contoh kita dapat menggunakan Instagram sebagai promosi,” ungkapnya, Kamis (10/12).
Ia bercerita, pernah membuka butik muslimah dengan modal yang sangat sedikit. Awal modal tiga juta rupiah ia gunakan menjual perlengkapan muslim. “Saat ini minimal 80 paket setiap harinya dikirim dengan item yang berbeda,” tambahnya.
Selain Zaskia, Irfan Amalee juga menceritakan pengalamannya menjadi seorang social preneurs. Ia mengatakan, menjadi pengusaha tidak harus menjual barang, tetapi juga dapat berupa jasa. “Memecahkan masalah di lingkungan sosial juga dapat menjadi sebuah peluang,” ungkapnya, Kamis (10/12).
Kesempatan menjadi sosial preneur di Indonesia sangatlah terbuka. Hal tersebut karena banyak masalah sosial di Indonesia tetapi jarang solusi. Maka dari itu, peran sosial preneur sangatlah dibutuhkan. “Sebagai contoh adalah merubah masyarakat intoleransi menjadi toleransi,” tambahnya.
Acara yang juga menjadi launching Pekraf UIN ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk menjadi seorang pengusaha. Bukan hanya memenuhi lapangan pekerjaan, tetapi sudah selakyaknya sarjana membuka lapangan pekerjaan. “Mahasiswa yang mempunyai ilmu lebih harus mampu membuka usaha sendiri,” ungkap ketua acara, Iqbal Zaenal, Kamis (10/12).
ER
Average Rating