Bangsa

Read Time:1 Minute, 5 Second


Oleh: Imam Budiman*
 
jika bangsamu seluas cangkang telur dan busuknya tercium. biar, itu negerimu
bukankah kau menyukainya? selama empat puluh delapan musim disetubuhi penguasa
tapi, setidaknya kampungku bukan kaum penidur sepertimu!
disini kami mengolah gambut rawa menjadi ladang pipit dan rempah
menyaring keruh kuning air tanah yang mulai merah di sawah-sawah
kerja bocah-bocah yang mengaduk anak gabus agar si induk menikam
berangkat pagi, saat  petang tiba kita justru lupa jalan pintas untuk pulang
sebagian bapak masih menimbang siul payah agar dibayar sesuai penat
itu disini, dikampungku –kampung dilorong tanah yang satu jalan dengan penduduk cacing-
jika bangsamu sekaya rambutan berbuah dengan semut yang memenuhi gendang telinga
biar, itu negerimu; pahit yang tak lupa kau sambut setelahnya bukan?
keluh kesah mereka yang tertindih oleh tebalnya dompet pejabat korup
juga rongga mulut politisi dan caleg yang lekat berbuih, beradu, menjaja diri; melacur diri.
menjanjikan kemakmuran umpama Saba’ dalam pangkuan hariba
mengerti dibodohi, sadar ditipu mentah-mentah kau!
selaku perlu, benakmu justru menampik: “yang penting cukup untuk dikawani asap kretek”
atau mereka yang terpaksa: “bagaimana sekedar mengepul aroma lalap jantung pisang?”
ah, terkadang hidup memang sulit dan terlalu murahan.

*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta dan Mahasantri Darus-SunnahInternational Institute for Hadith Sciences. Buku yang telah diterbitkan Antologi Puisi Teriakan Bisu (Tahura Media, 2011) dan kumpulan cerpen Iblis Tidur (Mingguraya Press,2013)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post (Masih) di Sini
Next post ‘Jalan Belakang’ Budaya Masa Kini