Minimnya Fasilitas Dosen Peneliti

Read Time:3 Minute, 29 Second

Sarana dan prasarana dosen peneliti menjadi kunci mencapai  universitas riset. Kini, UIN Jakarta tengah berusaha memenuhi kekurangan keduanya.

Ketua Pusat Pengkajian dan Komunikasi (P2KM) Andi Faisal Bakti menilai, sarana yang diberikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kepada para dosen peneliti belum maksimal. Pasalnya, ada empat poin yang wajib dipenuhi setiap universitas yang ingin menuju universitas riset. “UIN Jakarta tergolong masih jauh dari kata siap,” ujar dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kamis (14/4).

Andi menyebutkan, empat poin tersebut meliputi perpustakaan yang baik, dana mencukupi, laboratorium lengkap dan sumber daya manusia  berkualitas. Sedangkan, sejak UIN Jakarta digadang-gadang menjadi universitas riset berapa tahun lalu, hingga kini belum ada upaya meningkatkan di tiap poin-poin tersebut.

Selain empat poin, Andi menyarankan, UIN Jakarta harus membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian di perguruan luar negeri. Agar ke depannya UIN Jakarta lebih mudah mencapai World Class University (WCU). “Sekarang saja UIN Jakarta masih kalah di tingkat nasional, bagaimana mau ke internasional,” ungkapnya.

Sejak awal, menurut Andi, pihaknya mengingatkan pentingnya infrastruktur bagi para dosen peneliti. “Semisal, perpustakaan baik mencakup tujuh lantai yang berisi referensi, jurnal internasional, government, dan semua jenis buku bidang keilmuan. Tak hanya itu, perpustakaan yang baik harus memiliki petugas pustakawan yang kompeten,” tuturnya.

Menurut Andi, semua kendala memang bermula dari dana, tetapi jika UIN Jakarta fokus untuk menjadi universitas riset wajib memprioritaskan hal tersebut. Kemudian, UIN Jakarta harus mengubah Sistem Kredit Semester (SKS) dosen, yang awalnya 12 SKS meliputi 6 SKS mengajar menjadi 4 SKS, 4 SKS meneliti diubah 6 SKS, dan terakhir 2 SKS untuk mengabdi.

Standar penelitian, sambung Andi, harus memiliki nilai kebaruan yang ditemukan. Menurutnya, para dosen peneliti perlu diberi pelatihan lebih mendalam agar dapat menghasilkan peneliti yang profesional. “Setiap dosen harus memiliki kemampuan penelitian yang berkualitas, hal itu yang menyebabkan dosen harus sering meneliti,” katanya.

Secara terpisah, Ketua Unit Layanan Pengadaan (ULP) Agus Budiono mengaku, saat ini UIN Jakarta tidak memiliki ruangan khusus untuk dosen peneliti. Menurut Agus, fungsi adanya ruangan yaitu agar para dosen peneliti lebih fokus meneliti dan dapat bertukar pikiran dengan sesama peneliti. “Untuk ke depannya pasti akan disediakan,” ujar dosen Fakultas Saint dan Teknologi, Jumat (15/4).

Sebagai ketua ULP, Agus menuturkan, UIN Jakarta akan berusaha melengkapi buku referensi PU dan alat laboratorium yang masih kurang. Selain melengkapi, UIN Jakarta juga akan membangun laboratorium di setiap fakultasnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) M. Arskal Salim mengaku, UIN Jakarta sedang melangkah menuju universitas riset. Pihaknya juga sedang berusaha membantu para dosen memenuhi tri dharma perguruan tinggi yakni penelitian. “Menjadi universitas riset merupakan perjalanan panjang, kita mulai dari hulu ke hilir,” ungkapnya, Selasa (12/4).

Guna meningkatkan kualitas dosen peneliti, LP2M mengadakan workshop penelitian. Sebenarnya, sambung Arskal, keterampilan meneliti dimulai dari bacaan yang kritis. “Banyak hal yang harus dikuasai dosen peneliti,” jelasnya.

Kurangnya Waktu Penelitian

Salah satu dosen peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Yenita Agus mengaku, sedikit keberatan dengan waktu penelitian yang diberikan LP2M yang hanya enam bulan.  Terhitung sudah tiga kali Yenita menjadi peserta peneliti LP2M sejak menjadi dosen di UIN Jakarta. “Responden saya kan  ibu hamil, jadi lumayan memakan waktu untuk bertemu dan wawancara,” tuturnya saat ditemui di ruang praktikumnya, Kamis (14/4).

Sama halnya Yenita, dosen Fakultas Ushuluddin Mafri Amri mengatakan, penelitian lapangan akan membutuhkan waktu yang tak sedikit. Mafri bercerita, tahun kemaren ia melakukan penelitian lapangan dan mencari manuskrip di perpustakaan pribadi milik kawannya. “Maka itu saya perlu kelonggaran waktu beberapa minggu untuk menyelesaikannya,” katanya Kamis (14/4).

Terkait waktu penelitian yang kurang, Arskal menuturkan, jangka waktu dosen mulai meneliti sudah ditentukan saat teken kontrak masing-masing peneliti. Sedangkan rata-rata penelitian teken kontrak di bulan April dan Mei. “Ya walaupun masih ada yang melewati dua bulan itu,” tuturnya, Sabtu (16/4).

Sementara itu Rektor UIN Jakarta Dede Rosyada menjelaskan, hanya melanjutkan visi rektor sebelumnya yakni menuju WCU. Menurutnya, tahun ini menjadi awal UIN Jakarta melangkah maju ke depan. “Dari dulu kan belum ada implementasinya, dan sekarang baru diusahakan,” terangnya, Selasa (12/4).

Menurut Dede, perlu manajemen yang rapi untuk mencapai universitas riset. “Sekarang pelan-pelan, sedang melakukan pengaudit satu persatu. Whatever-lah tapi manajemen harus kita perbaiki,” tutupnya.
Triana Sugesti

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pesona Budaya Kampung Naga
Next post Pergaulan Remaja Faktor Utama Pelecehan Seksual