Solilokui, Refleksi Diri Lewat Fotografi

Read Time:1 Minute, 54 Second
Tujuh buah foto melekat di papan penyangga berwarna hitam. Jarak antar satu foto dengan foto lainnya tak lebih dari dua cm. Foto-foto yang berisi laku kehidupan Jakarta tersebut menjadi pemandangan tak biasa di Aula Student Center Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di sisi kiri papan, terpampang juga bangunan menjulang. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat Kampung Luar Batang. Di dalam foto tersebut juga terlihat seorang anak lelaki bertelanjang dada tengah berenang dengan kepala menyembul ke permukaan. Senyum simpul di wajahnya seakan melupakan keadaan di sekitarnya.
Dalam penyangga yang sama, tampak sebuah keluarga sedang duduk santai di dalam tenda darurat. Mereka tengah meratapi nasibnya di antara puing-puing runtuhan rumah. Sejak 11 April 2016 lalu, tenda itu menjadi tempat tinggal sementara bagi warga setempat. Pasalnya, rumah lama mereka digusur Pemerintah Povinsi DKI Jakarta karena daerah tersebut dilarang untuk dihuni.
Begitulah gambaran photo story karya Anisatul Kamaliyah yang berjudul Tidak Seindah Dahulu. Dari karyanya, Anisatul mengekspresikan simpatinya terhadap keadaan warga Kampung Luar Batang yang tak kunjung mendapat keadilan pemerintah. Foto anak berenang tadi terpilih menjadi foto sampul dalam Pagelaran Karya Fotografi Mahasiswa Jurnalistik Angkatan 2013 UIN Jakarta.
Sekitar lima langkah ke pojok ruang pameran, terpampang foto pemuka agama tengah berdiri di depan Klenteng Poo An Bio yang bertempat di Desa Karangturi, Kabupaten Lasem, Jawa Tengah. Raut wajah lelaki paruh baya itu terlihat bersahaja mengenakan baju koko putih dengan bawahan sarung.
Denny dalam karyanya mengajak pengunjung untuk menyaksikan keragaman di desa tersebut. Ia menilai, perpaduan beragam budaya, agama, dan ras sebenarnya menghasilkan nilai estetika yang tinggi. Foto yang berjudul Harmoni di Karang Turi menyampaikan pesan memanusiakan manusia dengan saling membantu dan berbuat kebaikan.
Mengambil tema besar Solilokui, pameran kali ini mencoba mengaduk firasat sang fotografer untuk mengungkapkan perasaannya lewat sebuah karya. Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk menyajikan informasi yang sebelumnya telah menjadi bahan pembicaraan pameris.
Solilokuimemajangkan 192 foto dengan 49 orang sebagai pameris. Foto-foto tersebut terbagi menjadi dua jenis, yakni 40 photo story dan sembilan photo single. Karya jurnalistik itu terpajang rapi di Aula Student Center pada 5-10 September 2016.
Denny Aprianto selaku Ketua Pelaksana Pagelaran Karya Fotografi 2016 mengungkapkan, Solilokui bertujuan untuk untuk menumbuhkan semangat menulis dan berkarya masyarakat umum, khususnya mahasiswa. “Solilokui diharapkan dapat menumbuhkan semangat sekaligus refleksi diri,” katanya, Senin (5/9).

AM

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pengabdian Beezers Untuk Negeri
Next post Topik Menarik Menentukan Kualitas Makalah