Bermusik Tradisional Jaga Budaya

Read Time:3 Minute, 1 Second
ini adalah contoh captionini adalah contoh captionini adalah contoh captionini adalah contoh caption
Selain menjadi sarana hiburan, konser musik juga bisa dijadikan ajang pelestarian budaya Indonesia. Melalui konser bertema Kembali ke Akar dengan Bebunyian Nusantara, grup musik Kunokini dan Svaraliane mencoba melestarikan musik tradisional.

Suasana di Auditorium Galeri Indonesia Kaya seketika hening, kemudian lampu ruangan pun dimatikan dan berganti dengan lampu sorot berwarna kuning. Tak lama setelah itu mulai lah terdengar lantunan bunyi gamelan, rebana dan gendang yang dimainkan secara bersamaan. Alunan alat-alat musik tradisional itu merupakan ungkapan selamat datang dari grup musik Kunokini.

Kunokini adalah sebuah grup musik yang hampir lima belas tahun konsisten membawakan lagu kontemporer sembari diringi alat musik tradisional. Selepas Kunokini memainkan musik ucapan selamat datang, diringi dengan tepuk tangan para pengunjung, lampu Auditorium perlahan mulai menyala kembali. Di tengah panggung telah berdiri  Bhisama Wharspati, sang vokalis Kunokini. Pria berambut gimbal yang akrab dipanggil Bhismo ini menjelaskan bahwa Kunokini akan membawakan beberapa lagu bersama grup musik Svaraliane.

Lampu sorot berwarna kekuningan kembali menyinari panggung pertanda lagu selanjutnya akan dimainkan. Alat musik gendang, rebana, bass, dan gamelan mulai berbunyi secara bersamaan, ditambah dengan lantunan saxofon dan gitar dari grup musik Svaraliane. Jadilah musik yang diciptakan oleh Kunokini dan Svaraliane ini kolaborasi antara alat musik tradisional dan modern.

“Hey…Hey..Hey baby I love you..” terdengar suara serak vokalis Kunokini melantunkan lagu pertama mereka berjudul Hey Beb. Sambil menyanyi, Bhismo bergoyang dan menggerakan tangan ke atas layaknya penyanyi reggae. Tak hanya itu beberapa penonton ikut berpartisipasi dengan ikut berjoget di panggung  bersama anggota grup musik Kunokini dan Svaraliane.

Setelah lagu Hey Beb selesai dinyanyikan, Bhismo menceritakan lagu kedua yang akan dipersembahkan bersama grup musik Svaraliane. Laki-laki alumni Universitas Paramadina ini menuturkan bahwa ia dan teman-temannya akan membawakan lagu berjudul Maritim yang mana menceritakan kekuatan dan kekayaan laut Indonesia.

Kemudian lantunan alat musik tradisional dan modern mulai terdengar lagi. Perpaduan kedua jenis alat musik itu menggiring penonton ke dalam lagu Maritim. Coba …cobalah…berfikir dengan mata…Indonesia…Indonesia kaya begitulah sepenggal lirik lagu Maritim. Walaupun lirik lagu Maritim terkesan lebih khidmat dibandingkan dengan lagu Hey Beb, namun Kunokini berhasil menghidupkan suasana panggung dengan irama musik raggae-nya.

Selanjutnya Bhismo menjelaskan cerita dibalik lagu ketiga berjudul Combat yang akan segera dinyanyikan. Ia memaparkan bahwa pada lagu tersebut mereka hendak menyampaikan berbagai kisah mengenai konflik perbedaan presepsi yang terjadi di Indonesia. “Setidaknya walaupun lagu kita santai tapi tetap ada makna di dalamnya” ungkap Bhismo, Sabtu (15/10).
“Dung…tak..tak…dung……”, suara alat musik kecapi bersahut-sahutan dengan lantunan suara gendang. Selang beberapa menitiringan musik gitar, bass,dan gamelan mengikuti alunan irama gendang tersebut. Pada lagu Combat ini Bhisma tak hanya bernyanyi sendiri ia juga ditemani seorang penyanyi wanita bernama Nada.

Pada akhir pertunjukan grup musik yang memiliki lima orang anggota ini juga menampilkan permainan alat musik suling, gendang, bass dan kecapi. Sahut –sahutan bunyi  dari alat-alat musik tersebut mampu membuat para penonton terpukau dan bertepuk tangan.

Salah satu anggota grup musik Kunokini, Astrie Acil menjelaskan, kolaborasi alat musik tradisional dengan alat musik modren merupakan sebuah karya seni yang belum banyak ditemukan di Indonesia. Penyatuan dua alat musik tersebut sebenarnya bisa memunculkan karya seni baru dan mendapat sorotan dari penikmat seni yang ada di Indonesia. “ Indonesiakan kaya dengan alat musik tradisional, sayang apabila tidak dilestarikan,” papar Astrie Acil, Sabtu (15/10).

Menurut salah satu pengunjung Fatih Annisa, konser musik bertajuk Kembali ke Akar Dengan Bebunyian Nusantara ini sangatlah mengensankan dan menginspirasi. Fatih menambahkan, generasi muda juga harus ikut melestarikan musik tradisional. “Kita harus bangga dengan karya bangsa sendiri,”papar Fatih, Sabtu (15/10)

Lia Esdwi Yani Syam Arif

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Lifestyle Journalism, Cara Baru Menyikapi Jurnalistik
Next post Keamanan Perpustakaan Terkendala Dana