Kepedulian untuk Sulawesi Tengah Juga Datang dari Merauke

Read Time:1 Minute, 46 Second
MERAUKE – Derita korban gempa dan tsunamidi Palu, Sigi, dan Donggala terdengar sampai ujung Indonesia, tepatnya di Kampung Telagasari, Distrik Kurik, Merauke. Dengan semangat untuk membantu sesama, ibu-ibu PKK Telagasari bergerak ke rumah-rumah warga. Mereka mengetuk pintu-pintu rumah dan mengajak warga lainnya untuk menyisihkan harta bagi saudara-saudara di sana.
Selama 5 hari tanpa letih, kegiatan amal tersebut terus dilakukan. “Kegiatan amal yang digerakkan ibu-ibu PKK ini sudah berlansung sejak Rabu (3/10) sampai Senin (7/10). Dan Alhamdulillah mereka ikut senang ikut membantu korban gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala walaupun mereka sendiri hidup dengan keterbatasan,” ujar Yanto selaku relawan Global Wakaf – ACT di sana.
Hidup dalam keterbatasan, begitulah gambaran kehidupan petani di sana. Ibu-ibu PKK dan keluarga mereka mayoritas bermatapencarian sebagai petani. Beberapa dari mereka harus mengalami gagal panen. Sebagian lain bertani hanya untuk menyambung hidup semata, bukan mencari keuntungan.
“Masyarakat di sini sangat bersedih dengan apa yang menimpa saudara kita di sana. Mereka harus kehilangan rumahnya, keluarganya dan lahan pertanianya. Inilah yang membuat hati kami turut berempati,” lanjut Yanto.
Walaupun sumbangan tidak seberapa, tetapi empati yang diperlihatkan memperlihatkan kemurahan hati bangsa ini. “Memang tidak banyak, tapi kami berharap dengan infak dan sedekah kami bisa turut meringankan beban mereka yang kami salurkan melalui Global Wakaf – ACT,” ucap Yanto.
Ibu-ibu PKK tersebut sebagian besar merupakan istri-istri dari petani binaan Desa Wakaf yang merupakan program yang diinisiasi oleh Global Wakaf ACT. Para petani tinggal di Kampung Telagasi, namun mereka bertani di Kampung Ivy Mahad, Distrik Kurik, Merauke yang merupakan lokasi program Desa Wakaf.
Eka Setyawati selaku Supervisor Program Desa Wakaf menuturkan, keberadaan Desa Wakaf sangat membantu kehidupan para petani di sini. “Kehidupan mereka ibarat gali lubang tutup lubang. Kalau kekurangan modal, mereka mencoba meminjam ke pemodal yang dikenakan bunga. Namun, dengan adanya program Desa Wakaf, para petani diberikan bantuan modal tanpa bunga,” papar Eka.
Walaupun hidup di tengah keterbatasan, istri-istri para petani binaan Desa Wakaf tetap bersemangat melakukan penggalangan dana untuk korban gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala. Keterbatasan tidak menjadi halangan bagi mereka untuk saling membantu tanpa melihat batas dan jarak. [] Mhd. Alfahjri Sukri

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pangan hingga Layanan Medis Jangkau Desa Terisolir di Sigi
Next post Marsha: Saya Bertahan 8 Jam di Balik Reruntuhan