Di Balik Aksi Bentrok Ampera

Di Balik Aksi Bentrok Ampera

Read Time:3 Minute, 32 Second

Di Balik Aksi Bentrok Ampera

Jumat (21/12) lalu, aksi mahasiswa  di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berlangsung bentrok. Aksi yang digelar di depan Sekretariat Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) itu merupakan gelaran yang ketiga kalinya dalam dua bulan terakhir. Walau tak ada yang bertanggung jawab atas kericuhan ini, namun kumpulan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Pemira (Ampera) itu menuntut kejelasan Pemilihan Umum Raya (Pemira) UIN Jakarta.

Kejadian berawal saat ruangan Sema-U sedang digunakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Tak lama, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan Ampera datang meminta ketegasan Sema-U dan KPU tentang Pemira 2018. Selain itu, Ampera juga menuntut enam hal untuk segera dilaksanakan.

Adapun tuntutan dari aksi itu meminta kejelasan dari pihak Sema-U terkait pembentukan KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)  yang baru. Kedua, perubahan lini masa Pemira yang semena-mena. Lalu, Sema-U dan KPU harus memedulikan surat edaran Wakil Rektor III (Warek III) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Yusron Razak tentang pendaftaran ulang KPPS.

Kemudian Sema-U harus memfasilitasi rapat koordinasi dengan organisasi mahasiswa yang ada di lingkup kampus UIN Jakarta serta menolak Pemira diadakan bulan Januari. Ada juga tuntutan kepada Warek III untuk memecat Ketua Sema-U secara tidak hormat.

Selama tuntutan massa aksi, tidak ada satu pun dari Sema-U memberikan tanggapan. Namun Abdul Rahim selaku Bendahara KPU menanggapi tuntutan Ampera. Salah satunya persoalan pembentukan KPU dan Bawaslu. Rahim menyatakan tidak pernah mendapatkan kejelasan apapun dari pihak Sema-U dan Kemahasiswaan soal perubahan surat keputusan. Menurutnya, Sema-U dan Kemahasiswaan tidak mengonfirmasi KPU dan Bawaslu terpilih. “Kami korban dari semrawutnya kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Sema-U dan Kemahasiswaan,” ungkapnya di depan Sekretariat Sema-U, Jumat (21/12).

Usai tanggapan Rahim, keadaan massa menjadi ricuh dan berakhir bentrok. Bentrokan ini melukai dua orang mahasiswa, satu orang terluka di bagian mata dan lainnya di kepala bagian belakang karena lemparan batu. Korban diketahui bernama Dzulhikam Masyfuqil Ibad dari Fakultas Dirasat Islamiyah dan Maulana Subekti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Lebih lanjut, Ampera tidak ingin disalahkan atas bentrokan tersebut. Ampera yang beranggotakan 530 mahasiswa ini pun tidak memiliki struktur aliansi.  Kemudian, Institut mencoba menghubungi pengurus organisasi ekstra cabang yang ada di lingkup UIN Jakarta terkait Ampera juga Pemira 2018.

Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Muhammad Cahyo Rahmat mengapresiasi terbentuknya Ampera ini. Adanya aliansi ini dapat menjadi pembelajaran untuk Sema-U atau pihak terkait untuk mengoreksi dirinya masing-masing. “Jika ada sesuatu yang mengganjal dan salah, ya perlu adanya protes,” ungkapnya, Sabtu (22/12).

Sedangkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ari Aprian Harahap menanggapi, Ampera ini memang berlandaskan kepedulian mahasiswa atas demokrasi. Ampera terbentuk untuk meminta kejelasan dan keterbukaan informasi Pemira 2018. “Kalau memang membentuk sebuah aliansi, ayo tunjukan siapa ketuanya kita maju bareng-bareng,” ungkapnya, Sabtu (22/12).

Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Fahmi Dzakky menjelaskan juga terkait Ampera. Ampera muncul dikarenakan memang adanya pelaksanaan Pemira yang hingga saat ini mengalami kemunduran pelaksanaan. Seharusnya akhir tahun 2018 Pemira sudah selesai dilaksanakan. “Maka jika tidak ada hambatan apapun, bentrok kemarin mungkin tidak ada,” ungkapnya, Minggu (23/12).

Sedangkan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat Tharlis Dian Syah Lubis menolak untuk memberikan tanggapan. Ia mengalihkan Institut untuk menghubungi Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) HMI Abdul Fattah Muzakkir. Abdul Fattah mengatakan bahwasannya HMI tidak memberikan instruksi kepada kader-kadernya untuk aksi menyoal Pemira yang bernama Ampera. “Mungkin anak-anak HMI inisiatornya, tapi bukan atas nama HMI,” jelasnya, Minggu (23/12).

Selaku Penanggung Jawab Pemira 2018, Yusron Razak tidak dapat dihubungi hingga berita ini diterbitkan. Namun pihak Kemahasiswaan diwakili Sub-bagian Bina Bakat Kemahasiswaan R Trisno Riyadhi angkat bicara. Menurutnya setiap penghujung tahun, ada sekumpulan mahasiswa membentuk aliansi, nama-nama aliansi tersebut selalu berbeda. Pada tahun 2018 ini aliansi diketahui bernama Ampera. “Selama membuat aliansi sesuai dengan alasan yang benar, ya tidak apa-apa,” katanya, Sabtu (22/12).

Dalam pantauan Institut, aksi berakhir karena satuan pengaman menerobos masuk bentrokan kemudian melerai massa. Mereka berjaga hingga massa meninggalkan lokasi kejadian. Usai aksi ini, sampah berserakan di depan area Sekretariat Sema-U yang  disegel pita kuning . Tak hanya itu,  dua sepeda motor juga terlihat rusak imbas  bentrokan sore itu. (II)

Video Aksi Ampera Bentrok


About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post VIDEO: Percakapan Ampera, Aliansi di Balik Aksi Pemira
Pelantikan Rektor Baru UIN Jakarta Next post Pelantikan Rektor Baru UIN Jakarta