Menabung Kegemaran Mengukir Prestasi

Menabung Kegemaran Mengukir Prestasi

Read Time:2 Minute, 6 Second

Menabung Kegemaran Mengukir Prestasi

Abdul Mu’ti-pria kelahiran 2 September 1968 ini telah menorehkan berbagai prestasi dari penulis hingga akademisi. Mu’ti sangat aktif dalam pelbagai kegiatan. Mulai dari pembicara di media-media televisi hingga ikut delegasi Indonesia di kancah internasional. Laki-laki asal Kudus ini berhasil meraih gelar guru besar bidang Ilmu Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada September 2020. 

Mu’ti kecil ketika ibtidaiah sering menonton acara “Dunia dalam Berita”. Dari sana, ia tertarik pada perkembangan dunia. Lalu tsanawiah, Mu’ti  sering mendengarkan bahasa Inggris dari siaran radio Australia. Sejak itu, ia mulai mempelajari bahasa Inggris dan memiliki imajinasi seperti apakah negara itu dan isu-isu internasional. Masa kecilnya pun tak luput menonton siaran “Division London” yang berbahasa Inggris.

Dalam pengalamannya sebagai pembicara, Mu’ti  kerap tampil di televisi nasional sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Baginya, ada tiga pengalaman yang terkesan. Pertama, ketika Mu’ti diwawancarai oleh radio ABC Australia sebagai peserta delegasi Indonesia-Australia Young Moslem Leaders Exchange. Kedua, saat Mu’ti sebagai pembicara dari Muhammadiyah di acara Division London. Ketiga, menjadi pembicara dalam acara The Voice Of America.

Saat berkuliah di IAIN Semarang, Mu’ti bergabung dengan surat kabar mahasiswa Amanat, “ Dulu saya bercita-cita ingin jadi wartawan. Tetapi ditakdirkan jadi dosen,” imbuhnya sambil tersenyum, Rabu (10/2). Sekarang Mu’ti aktif menulis opini. Karyanya dapat kita lihat di media Republika, Media Indonesia, Sindo dan lainnya. Para wartawan sering kali mewawancarai Mu’ti terkait paradigmanya terhadap sebuah peristiwa. 

Siapa sangka sosok Mu’ti, pernah ditawari jabatan Wakil Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Desember 2020. Namun tawaran tersebut ia tolak karena tiga alasan. Pertama, ia merasa tidak pantas menduduki jabatan tersebut, “ Tanggung jawabnya lebih berat,” katanya pada Rabu (10/2). Kedua, Mu’ti sedang menjalani isolasi mandiri. Ketiga, ia mengakui jika nanti mengambil jabatan itu, kegiatannya akan menjadi terbatas dan harus sesuai domain.

Selain menjadi dosen, Mu’ti yang genap usia 52 tahun merupakan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2019-2023. Ia aktif pula pada misi perdamaian agama seperti anggota Dewan Indonesia-Amerika Serikat pada agama dan pluralisme, Sekretaris Dewan Nasional Intelektual Muslim Indonesia serta anggota Board of World Council of Religion for Peace.

Mu’ti sang anak desa itu menuturkan, hidup ini Allah yang mengatur, “Kita harus taat terhadap apa-apa yang diperintah Al-Qur’an,” ucapnya, Rabu (10/2). Ia menambahkan pula, selagi kita mempunyai cita-cita dan bersungguh-sungguh dalam mengejarnya niscaya akan tercapai, “Allah kelak membukakan jalan untuk kita,” pungkas Mu’ti.

Syifa Nur Layla

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Rasialisme dan Nasib Minoritas Previous post Rasialisme dan Nasib Minoritas
Tuah Sang Puan, Kian Malang karena Kamus Next post Tuah Sang Puan, Kian Malang karena Kamus