Rasialisme dan Nasib Minoritas

Rasialisme dan Nasib Minoritas

Read Time:1 Minute, 51 Second


Rasialisme dan Nasib Minoritas

Rasialisme memberi dampak buruk bagi struktur sosial, bahkan sejak dulu, tindakan rasialisme semakin memperkeruh perselisihan antar etnis. Selama masyarakat masih mengelompokkan dirinya dalam status sosial, rasialisme akan selalu hadir di tengah keberagaman masyarakat, terutama bagi kaum minoritas.

Kasus diskriminasi rasial kembali hadir dalam perbincangan publik. Yang terbaru, kasus tersebut menimpa mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai. Ambroncius Nababan ditetapkan sebagai tersangka atas kejadian ini. Ia dituntut dengan Pasal Ujaran Kebencian akibat cuitannya di Twitter yang menyerang Natalius dengan nada rasis. Kini, ia pun terpaksa mendekam di jeruji besi setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 26 Januari lalu. 

Kejadian tersebut disayangkan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Taufik Hasbullah. Menurutnya, menjunjung tinggi keberagaman adalah wujud penerapan Bhinneka Tunggal Ika. Perbuatan semacam itu, kata dia, dianggap mencederai semboyan bangsa Indonesia. “Apa yang telah menjadi perbedaan sejak dulu seharusnya disikapi dengan bijak,” ujar Taufik, Kamis (7/2).

Mahasiswa asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengatakan, ejekan bernada rasis kerap dialami masyarakat minoritas. Sebagai korban yang pernah menerima ejekan rasis, Taufik menyayangkan, para pelaku rasisme terkadang tidak menyadari perkataannya sebagai perbuatan rasis. Dengan dalih wajar, mereka pun kerap melakukannya dengan alibi candaan semata. 

Sementara itu, menurut Anggota Amnesty International Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Raihan Putra Wibisono, perilaku diskriminatif dapat memberikan efek yang buruk bagi korban, seperti sulit melakukan interaksi sosial. Hal ini pun, kata dia, bisa berpotensi memantik pertikaian. Selain itu, perbuatan semacam ini juga dipicu karena adanya ketimpangan hukum. “Ketimpangan hukum dalam kondisi tertentu menciptakan diskriminasi berbau rasialisme,” katanya, Sabtu (6/2).

Pegiat hak asasi manusia, Irfan Rachmad Hutagalung mengatakan, isu ini akan terus ada selama masyarakat masih memandang hubungan sosial dengan kategori “kita dan mereka”. Ekspresi ini dapat terlihat dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Bahkan, bisa muncul di level negara sekalipun dalam bentuk kebijakan. “Rasialisme sering dikenakan terhadap kelompok minoritas yang gampang untuk diturunkan derajatnya,” pungkas Dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta ini, Jumat (5/2).

Irfan juga menerangkan, polarisasi ini tak lepas dari latar belakang sejarah yang berpotensi melahirkan konflik horizontal. Ia pun berharap, kiranya setiap tindakan hukum dapat berlaku adil, serta mengedepankan persamaan sesama manusia. “Sebab kita semua sebagai manusia hakikatnya sama,” tutup dia, Jumat (5/2).

Irvan Fatchurrohman

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Broadway ala Amerika di Kota Tangerang Previous post Broadway ala Amerika di Kota Tangerang
Menabung Kegemaran Mengukir Prestasi Next post Menabung Kegemaran Mengukir Prestasi