Kafe Serona yang terletak di Kecamatan Pondok Aren, KotaTangerang Selatan,mengusung konsep yang berbeda dari kafe pada umumnya. Di kafe tersebut, banyak dari karyawannya merupakan difabel tuli. Hal itu menjadikan banyak dari pelanggan Kafe Serona belajar memakai bahasa isyarat saat memesan menu.
Roma, salah satu pemilik Kafe Serona mengatakan bahwa dirinya memiliki ide untuk menggunakan tenaga kerja disabilitas tuli agar dapat mewadahi mereka semua. Menurutnya antara masyarakat yang normal dengan disabilitas memiliki kesempatan yang sama. Roma menambahkan, gagasan awal tersebut muncul saat dirinya menjadi relawan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saat itu Ia bertemu dengan juru bahasa isyarat serta orang disabilitas tunarungu yang membuka pikirannya terhadap dunia disabilitas.
Roma juga mengatakan bahwa dalam pengelolaannya, Kafe Serona tidak membedakan atau memberikan layanan khusus kepada tenaga kerja disabilitas tuli. Ia menambahkan bahwa semua diperlakukan sama layaknya tenaga kerja yang normal. “Kami tidak ada perbedaan layanan antara teman tuli dengan teman dengar, hanya dari cara berkomunikasinya saja,” ujar Roma, Senin (29/11).
Resti, salah satu karyawan disabilitas tuli di kafe tersebut menuturkan bahwa dirinya sebelum bekerja di Kafe Serona mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Dia menuturkan kesulitannya ialah karena kurangnya aksesibilitas dan sering miskomunikasi dengan orang-orang normal. “Aku sebelum kerja di kafe, mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan karena kurangnya aksesibilitas dan juga cara komunikasi,” ujar Resti yang diwawancarai melalui tulisan, Selasa (30/11).
Resti menambahkan bahwa banyak stigma negatif terhadap kaum disabilitas tuli karena perbedaan tersebut. Ia mengaku sering diremehkan dan mendapatkan diskriminasi yang membuat dirinya kecewa. Sama halnya dengan Salsa, yang juga merupakan karyawan disabilitas tuli. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sering mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. “Pernah waktu aku pergi ke mall dan ditertawakan oleh karyawannya karena aku bertanya menggunakan gerakan atau isyarat,” tutur Salsa, Selasa (30/11).
Salsa juga menuturkan bahwa ia ingin sekali memahami orang normal berbicara karena dirinya hanya bisa membaca gerak bibir. Salsa berharap bahwa pemerintah perlu menyadari bahwa masyarakat disabilitas memiliki kesempatan kerja yang sama di bidang swasta sampai pemerintahan, bukan hanya menjadi buruh pabrik. “Aku mau pemerintah memberikan akses kepada masyarakat disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Bukan hanya kerja sebagai buruh pabrik saja,” imbuh Salsa.
Titin, pengunjung kafe mengatakan bahwa dirinya sangat mengapresiasi pemilik karena telah memberikan kesempatan kepada masyarakat disabilitas bahwa mereka mempunyai hak yang sama dalam mengejar cita-cita. Ia juga sangat bangga kepada masyarakat disabilitas tuli yang tetap semangat dalam melakukan pekerjaannya.
AFA
Average Rating