
Hamka ulama kontemporer Islam pembangunan gagasan baru ceruk islam ditanah Minang. Kisahnya membangunkan semangat kalangan anak muda zaman sekarang untuk berdakwah dan bermoral tinggi.
Judul Film : Buya Hamka
Sutradara : Fajar Bustomi
Genre : Biografi, Drama dan Sejarah
Rilis : 20 April 2023
Durasi : 2 Jam
Falcon kembali meluncurkan film bergenre biografi dan sejarah untuk menemani liburan Idulfitri yang berjudul “Buya Hamka”. Film ini mengisahkan sosok Abdul Malik Karim Amrullah—Buya Hamka, seorang pendakwah, sastrawan, serta pemikir Islam yang berpengaruh di Indonesia khususnya di Sumatra Barat. Berkisah tentang perjuangan hidup Hamka dari masa kecil hingga berhasil menjadi tokoh Muhammadiyah paling berpengaruh di Indonesia.
Film Buya Hamka diperankan oleh Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella sebagai tokoh utama yang rilis serentak di Indonesia pada 20 April 2023. Tayang perdana secara gratis di delapan belas kota besar, diantaranya Jakarta, Tangerang, Bandung, Padang, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Film ini terbagi menjadi tiga volume dengan total durasi mencapai tujuh jam. Volume pertama mengisahkan perjuangan dan masa kejayaan Hamka sebagai penulis dan ulama kontemporer Islam. Volume kedua tentang masa kecil Hamka di bawah didikan ayahnya—Abdul Karim Amrullah. Lalu volume ketiga, menyorot kisah Buya Hamka setelah kemerdekaan Indonesia yang sempat dibui.
Kisah Hamka dimulai saat aktif organisasi Muhammadiyah dan menjadi Ketua Umum Muhammadiyah Sumatra Timur. Selama bertahun-tahun menimba ilmu, Hamka mendapatkan tawaran menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) Koran Keadilan Masyarakat di Medan. Ia menerima tawaran itu dengan dukungan oleh istrinya dan menjadikan pekerjaan itu sebagai ajang untuk menyiarkan ketauhidan melalui tulisannya.
Selama menjabat sebagai Pemred Koran Keadilan Masyarakat, ia jauh dari keluarga yang berada di Padang Panjang sedangkan ia berada di Medan. Cobaan dan ujian mulai muncul ketika anaknya meninggal dunia. Ia tak dapat pulang untuk mendampingi istri sebab harus menyelesaikan pekerjaannya di Medan.
Selain itu, kantor beritanya mendapatkan intervensi dari Belanda sebab terlalu menyudutkan pihak Belanda. Ketika peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, ia tetap mendapat intervensi itu. Jepang memerintahkan semua orang untuk melakukan Sekirei—perintah penghormatan kepada matahari atas perintah tentara Jepang, akan tetapi Hamka menolaknya, mulai saat itu jenderal dari pasukan Jepang tertarik dengannya.
Kedekatan Hamka dengan Jenderal Nakashima menjadi alat adu domba oleh pihak Jepang kepada masyarakat Sumatera. Hal itu menjadi alat untuk menyebarkan informasi bahwa Hamka mendapatkan gratifikasi—uang pelicin dari tentara Jepang dan dicap sebagai penghianat. Singkatnya Hamka dipaksa mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum Muhammadiyah Sumatra Timur.
Secara keseluruhan, film ini memberikan pelajaran mengenai penguatan keilmuan intelektualisme tanpa melepaskan landasan keislaman. Selain itu, film ini menyakinkan generasi sekarang bahwa berdakwah tak hanya sekadar di atas mimbar masjid, tapi bisa dilakukan di manapun berada dan melalui cara apapun. Film ini sangat cocok dijadikan referensi tontonan karena mengadopsi berbagai kisah inspiratif dari Buya Hamka.
Reporter: BAP
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin