Pasar Musik Blok M Square sebagai tempat mengabadikan kaset dan CD jadul yang lengkap. Peminatnya beragam dari semua kalangan masyarakat lokal maupun luar negeri.
Salah satu tempat perbelanjaan warga Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta ialah Mal Blok M Square. Pasar musik menjadi salah satu tempat yang memiliki keunikan tersendiri di dalamnya. Terletak di lantai dasar Mal Blok M Square di antara deretan kios buku dan kios batu cincin.
Terdapat sekitar dua puluh kios yang menyediakan berbagai rilisan musik fisik berupa Compact Disc (CD), kaset pita dan piringan hitam. Selain itu, beberapa kios juga menawarkan jasa servis tape, radio, alat pemutar piringan hitam, turntable, dan handycam.
Rute menuju ke pasar musik cukup mudah, pengunjung bisa menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) dan berhenti di Stasiun Kebayoran. Sedangkan jika menggunakan transportasi Transjakarta (TJ) bisa turun di Terminal Blok M, Halte Melawai, Stasiun MRT Blok M 1, Pasaraya Blok M.
Salah satu pemilik kios musik, Adi mengatakan, awal mula ia mendirikan kios tersebut dikarenakan dirinya memiliki hobi dalam dunia musik. Ia mulai mengoleksi musik yang didapatkannya dari kolektor-kolektor dan pedagang lain.
Adi mengungkapkan, kios yang ia dirikan menawarkan berbagai musik fisik dari genre rock, jazz, indie, pop, reggae, metal. Tak hanya itu musik rilisan fisik juga diproduksi secara pribadi lalu dipasarkan. “Seiring perkembangan zaman peminat musik fisik masih tetap ada,” tuturnya, Minggu (7/1).
Lanjut Adi menjelaskan, kalangan anak muda saat ini mulai mencari sensasi baru yang hanya bisa didapatkan lewat album fisik. Hal tersebut menyebabkan koleksi musik fisik kembali populer. Menurutnya mempunyai musik fisik mempengaruhi penggemarnya agar memahami lebih dalam dunia musik. “Mengoleksi musik fisik adalah bentuk cinta penggemarnya terhadap dunia musik,” jelasnya.
Sama halnya dengan Adi, Adel selaku pedagang yang menyediakan musik fisik menuturkan, ia menyediakan berbagai kaset pita dari berbagai jenis seperti rock, jazz, pop, dangdut. Harganya pun bermacam-macam, dengan harga terendah mulai lima puluh ribu hingga tertinggi mencapai tiga juta rupiah. Para remaja meminati musik jadul di era digitalisasi.
Menurut Adel, salah satu alasan pedagang musik fisik tetap ada ialah minat para remaja terhadap musik jadul di era digital ini masih ada. Namun ketersediaan musik fisik yang langka mengurangi kepuasan pelanggan.
Adel melanjutkan, ketertarikan musik fisik Indonesia diminati juga oleh konsumen luar negeri, seperti Brunei, Australia, Singapura, dan Malaysia. Acara-acara musik yang dihadiri turis dari luar negeri menjadi salah satu faktor larisnya musik fisik tersebut. “Harga yang lebih terjangkau ketimbang pasar di luar negeri menjadi alasan para turis berbelanja album fisik di Indonesia,” sebutnya, Minggu (7/1).
Salah satu pengunjung asal Lombok Ainadia Safu menerangkan, bukti menghargai musisi adalah dengan mengabadikan karyanya dengan cara mengumpulkan musik fisik. “Kios-kios di Mal Blok M sepatutnya lebih menyediakan genre rock dan jazz yang lengkap,” terangnya, Minggu (7/1).
Sama dengan Safu, Aaron Miguel penyami selaku musisi asal Jakarta mengutarakan, tradisi berburu kaset pita diwarisi bapaknya yang seorang musisi rap. Menurutnya, hal tersebut menjadi alasan dirinya mengunjungi pasar musik. Bagi dirinya, mengoleksi musik fisik sangat membantu dalam menciptakan musik baru lewat nada-nada pada musik jadul.
Aaron melanjutkan, mendapatkan nada-nada tersebut hanya bisa diperoleh lewat musik-musik klasik. “Pasar musik di Blok M menyediakan musik rilisan fisik yang sangat lengkap. Namun patut ditambah musik-musik era sekarang,” terangnya, Minggu (7/1).
Reporter: FH
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin