PBAK Universitas menjadi momen tahunan maba untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus. Momen ini dilewatkan FDIKom untuk berpartisipasi secara langsung.
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berlangsung mulai tingkat universitas hingga program studi (Prodi). PBAK resmi dimulai pada Selasa (27/8) hingga empat hari ke depan, Jumat (30/8). PBAK tingkat universitas berlangsung selama dua hari pertama secara bauran bergantian tiap fakultas.
Akan tetapi, dalam PBAK 2024 ini, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKom) tidak berpartisipasi dalam PBAK Universitas secara luar jaringan (Luring). Dalam Moda Pelaksanaan Orientasi Umum PBAK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2024, tidak tertulis FDIKom menjadi peserta luring, baik hari pertama maupun kedua.
Hal tersebut dibenarkan oleh Wakil Dekan (Wadek) Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama FDIKom, Muhtadi. Keterbatasan tempat menjadi alasan utama FDIKom tidak mengikuti PBAK Universitas secara luring. “Mahasiswa baru FDIKom tahun ini mencapai 1.141, sementara muatan Lapangan Triguna dan Auditorium Harun Nasution terbatas. Jadi kami putuskan untuk online saja,” jelas Muhtadi, Rabu (28/8).
Sisi lain, Naufal Andyas Dary Fauzan selaku Ketua PBAK FDIKom mengaku mendapat informasi tersebut cukup mendadak. “Informasi ini disampaikan sekitar satu minggu yang lalu, di Ruang Rapat FDIKom lantai dua,” ungkapnya, Rabu (28/8).
Pria yang akrab dipanggil Andyas itu mengaku, seluruh panitia terkejut terhadap keputusan yang diambil Muhtadi. Baik panitia maupun mahasiswa baru (Maba) merasa kecewa terhadap keputusan tersebut. “Sebelumnya tidak ada pembahasan terkait sistem PBAK FDIKom dari pihak Dekanat,” tutur Andyas.
Mulanya panitia sudah mempersiapkan sesi PBAK Universitas secara luring, sempat ada penolakan dan kontra dari panitia terhadap keputusan Dekanat. Akan tetapi, keputusan Wadek III sudah bulat bahwa FDIKom akan mengikuti PBAK Universitas secara daring sepenuhnya.
Selain panitia, Maba Prodi Manajemen Dakwah, Nayla Istiqomah turut merasa kecewa atas kejadian ini. Nayla merasa pelaksanaan PBAK Universitas bagi FDIKom terdiskriminasi dan informasi yang diberikan kurang valid. Kurangnya interaksi sosial secara langsung bagi Nayla menjadi faktor awal rasa diskriminasi muncul dalam benaknya.
Nayla pun mengaku, dirinya mendapatkan informasi kegiatan PBAK Universitas dilaksanakan secara daring pada tiga hari sebelum kegiatan berlangsung. Panitia pun kurang memberikan informasi terkait alasan utama PBAK Universitas dilakukan secara daring untuk FDIKom. “Saya baru tahu alasan sesungguhnya setelah mendengar Dekan FDIKom berbicara secara langsung hari ini,” jelasnya, Kamis (29/8).
Menurut Muhtadi, hal ini juga dapat menghindari FDIKom dalam keributan yang kerap kali terjadi selama masa PBAK. PBAK memang seringkali dijadikan ajang menyerukan yel-yel tiap fakultas, berangkat dari situ tak jarang ada senggolan yang kemudian menjadi bentrokan antar fakultas. “Menurut saya, PBAK FDIKom dilaksanakan secara online demi menghindari keributan sebelum, saat, maupun setelah acara berlangsung,” ungkap Andyas.
Sejalan dengan hal itu, Muhtadi khawatir ada free rider atau ‘penumpang gelap’ yang menyusup ke barisan maba. Maka dari itu, para Wadek III fakultas merencanakan alur kepulangan maba. “Tentu sudah kami antisipasi untuk pelaksanaan PBAK offline. Jadi yang keluar duluan siapa, jedanya berapa menit, yang lewat pintu keluar siapa, dan yang lewat pintu masuk siapa. Kemudian kami juga koordinasi dengan kooordinator lapangannya supaya semua berjalan lancar dan satu pemahaman,” jelas Muhtadi.
Selain itu, Muhtadi juga sadar bahwa senggolan-senggolan antar fakultas dapat menjadi pemicu bentrokan. “Kami gak mau kejadian seperti yang sudah-sudah. Biasanya kan kakak tingkatnya yang banyak suara, kalau mahasiswa barunya diam-diam saja,” pungkasnya.
Reporter: Hailen Ummul Choiriah
Editor: Nabilah Saffanah