UIN Jakarta usung konsep green campus dalam PBAK 2024 dalam upaya kampus ramah lingkungan. Sayangnya, penggunaan plastik masih banyak terlihat.
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta kembali menggelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024 mulai Selasa (27/8) hingga Jumat (30/8). PBAK mengusung tema “Kampus Berkelanjutan, Prestasi Berkesinambungan, Green Environment For The Golden Generation“. Tema itu menjadi upaya untuk beralih ke kampus yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan moto UIN Jakarta: Innovation, Green, Humanity.
Pemilihan tema tersebut bertujuan mengenalkan konsep green campus kepada Mahasiswa Baru (Maba) sejak awal menapaki kehidupan kampus. “Kita coba tanamkan mindset di awal agar kemudian green campus dapat secara masif menjalar sebagai tindakan mahasiswa UIN Jakarta,” ujar Ketua PBAK UIN Jakarta, M. Zaky Almubarak, Selasa (27/8).
Narasi green campus yang diusung dalam PBAK tercermin dari beberapa tata tertib selama rangkaian kegiatan. Berdasarkan unggahan akun instagram @pbak.uinjakartaa, maba dilarang membawa botol plastik dan alat makan sekali pakai. Sebaliknya, mereka dianjurkan membawa tumbler dan alat makan pribadi.
Maba Program Studi (Prodi) Sosiologi, Zahra Ardine Andres menyebut konsep green campus akan mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, bersih, dan berkelanjutan. Menurutnya, sosialisasi yang diberikan panitia cukup efektif. Hal itu terbukti dari banyaknya maba yang tidak membawa botol plastik dan wadah makanan sekali pakai.
“Kita juga diimbau untuk selalu menjaga kebersihan area kampus dengan membuang sampah pada tempatnya,” ucap Zahra, Selasa (27/8).
Selaras dengan Zahra, Maba Prodi Sistem Informasi, Trisha Balqis Sutrisno juga menerima sosialisasi tentang green campus. Mereka dianjurkan untuk membawa bekal roti yang dimasukkan dalam kotak makanan dan membawa tumbler. “Tapi, sepertinya gak semua maba baca informasi yang diarahkan,” kata Trisha saat dihubungi melalui WhatsApp, Selasa (27/8).
Trisha melihat banyak teman-temannya belum menerapkan aturan yang diberikan oleh panitia. Sebab, masih banyak maba yang menggunakan plastik dan tidak membuang pada tempatnya. “Masih banyak banget dari mereka yang mungkin kebiasaan buang sampah sembarangan atau susah nyari tempat sampah, meskipun itu enggak bisa dijadikan alasan buat buang sampah sembarangan,” lanjutnya.
Problem membuang sampah sembarangan turut disoroti Badan Pengawas PBAK (Banwaspak) dalam laporan yang dirilis pada Selasa (27/8) malam. Salah satunya, terlihat sampah berserakan di lokasi setelah acara usai, tak terkecuali jenis sampah plastik. Menurut Banwaspak, hal itu terjadi lantaran kurangnya perhatian dan kepekaan terhadap kebersihan area pelaksanaan PBAK.
Menurut Zaky, pelaksanaan PBAK 2024 menjadi tantangan tersendiri bagi UIN Jakarta, terutama dalam upaya mengurangi penggunaan plastik. Ia mengafirmasi beberapa panitia masih meminum air kemasan plastik meskipun telah tersedia galon di beberapa titik lokasi.
Zaky mengakui, pihaknya baru memberikan sosialisasi pada maba melalui penugasan yang diberikan. Sosialisasi bukan melalui kampanye menggunakan sosial media, poster-poster, ataupun himbauan langsung kepada civitas academica secara umum. “Sasarannya memang maba, sekaligus coba menyadarkan orang-orang sekitarnya. Semoga mahasiswa lain bisa belajar dari maba-maba itu,” ujarnya.
Penggunaan air minum berkemasan plastik juga terlihat dalam penyediaan konsumsi bagi jajaran rektorat. Namun, Zaky mengonfirmasi hal tersebut merupakan botol plastik yang dapat didaur ulang.
“Memang sulit untuk menghilangkan penggunaan plastik secara total, tapi setidaknya kami berani memulai dengan mengupayakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan,” ucap mahasiswa prodi Ilmu Politik tersebut.
Reporter: Muhammad Arifin Ilham, Rizka Id’ha Nuraini, Hailen Ummul Choiriah
Editor: Shaumi Diah Chairani