Problematika Lahan untuk Sampah di Jalan Kertamukti

Problematika Lahan untuk Sampah di Jalan Kertamukti

Read Time:3 Minute, 21 Second
Problematika Lahan untuk Sampah di Jalan Kertamukti

Pengguna jalan dan pengepul sampah keluhkan tumpukan sampah di trotoar Jalan Kertamukti, Ciputat. Ketiadaan tempat pembuangan sementara menyebabkan pemandangan tidak layak, bau tidak sedap, dan risiko penyakit.


Keberadaan tumpukan sampah kerap terlihat di trotoar Jalan Kertamukti, Ciputat, dekat kampus dua Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beberapa pengepul sampah beroperasi di kawasan tersebut dari sore hingga malam hari yang berdampak pada kenyamanan pengguna jalan di area tersebut.

Berdasarkan pengamatan Institut pada Rabu (13/11), tumpukan sampah berada di dua lokasi: di dalam trotoar dan luar trotoar depan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional UIN Jakarta, serta di luar trotoar depan gapura kampus dua.

Mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional, Muhammad Raffi Arkan Sya’bani mengungkapkan keresahan terhadap keberadaan sampah arah kampusnya itu. Ia menilai, pemandangan tersebut tidak layak dan sering menimbulkan bau tidak sedap saat melintas. “Padahal, gue naik motor sepintas aja udah kerasa banget baunya. Gue tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya pejalan kaki yang melintas di situ,” katanya, Selasa (12/11).

Sependapat dengan Raffi, Mahasiswa Prodi Perbandingan Mazhab, Asty Nadia menyatakan, keberadaan tumpukan sampah di pinggir trotoar mengganggunya saat melintas. Hampir setiap malam saat berjalan kaki membeli makanan, ia merasa tidak nyaman melewati tumpukan sampah di pinggir trotoar. “Saya merasa nggak nyaman dan akhirnya harus nyebrang dari trotoar ke jalan seberang. Itu pun masih terasa bau sampahnya,” tuturnya, Rabu (13/11).

Berdasarkan jurnal Sampah dan Penyakit: Systematic Literature Review, sampah juga dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Pencemaran yang terjadi di udara, air, dan tanah akibat penguraian sampah dapat menyebabkan sejumlah penyakit. Adapun jenis penyakitnya adalah gangguan pernapasan, tenggorokan kering, batuk-batuk, gangguan pencernaan, gangguan hematologi, diare, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan bawah, malaria dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Yanto Yulianto, pengepul sampah setempat mengonfirmasi, banyak pengguna jalan merasa tidak nyaman dengan keberadaan sampah di sekitar mereka. Ia mengamati banyak pejalan kaki yang berputar balik dari trotoar atau beralih ke seberang jalan. 

Yanto berharap, pemerintah setempat dapat menyediakan tempat pembuangan sampah sementara yang legal di kawasan ini. “Kita tidak perlu tempat yang luas, yang penting ada ruang untuk menampung sampah warga semalaman. Toh, besok pagi kan juga diangkat,” ujarnya, Rabu (13/11).

Ketua RW 08, Musa, menyatakan bahwa hingga saat ini warga tidak memiliki lahan alternatif untuk pembuangan sampah sementara. Musa lanjut menuturkan, RT, RW, dan Kelurahan Pisangan sepakat untuk menempatkan sampah sementara di pinggir trotoar Jalan Kertamukti. “Hingga saat ini, solusi terakhir adalah menaruh sampah warga di pinggir trotoar jalan dari jam 21.00–22.00 WIB, kemudian akan diangkut pagi hari sekitar jam 05.30–06.00 WIB,” ungkapnya.

Menanggapi permasalahan sampah, Ketua RW 08, Musa, mengatakan sebelumnya ada tempat pembuangan sampah sementara di kawasan tersebut. Akan tetapi, lokasinya digusur karena UIN Jakarta melakukan perluasan jalan. “Dahulu sempat minta lahan ke UIN, melalui surat kepada rektor. Tapi kalau untuk tempat pembuangan sampah UIN tidak bersedia, kecuali pos keamanan lingkungan (Kamling) itu dipinjamkan,” tuturnya, Rabu (13/11).

Perihal perluasan Jalan Kertamukti Wakil Rektor Bidang Kerjasama UIN Jakarta, Din Wahid, menjelaskan bahwa proyek tersebut merupakan program pemerintah, bukan inisiatif dari UIN. Wahid juga menyampaikan bahwa pihak UIN belum menerima tanggapan dari RW 08 terkait masalah tumpukan sampah di kawasan Jalan Kertamukti. “Saya bertanya kepada bagian umum karena mereka yang menangani masalah ini, tetapi belum ada koordinasi atau tanggapan dari mereka,” ucapnya, Senin (18/11).

Wahid melanjutkan, sampah tersebut berasal dari warga, sehingga tidak seharusnya UIN yang menyediakan tempat sampah. Menurut Wahid, solusinya RT dan RW datang ke kelurahan menyampaikan ini adalah persoalan warga, bukan tanggung jawab UIN menyediakan lahan sampah. “Menurut saya, mengapa kita harus menyediakan tempat sampah bagi warga, sementara UIN juga membuang sampahnya ke luar dan menyewa layanan pembuangan yang dibayar setiap bulan,” tuturnya.

Selanjutnya Wahid mengungkapkan bahwa kedepannya UIN akan melakukan penyuluhan tentang pengolahan sampah di tingkat universitas. Jika program ini berhasil, akan diperluas ke masyarakat setempat untuk memberikan edukasi. “Nanti kedepannya mudah-mudahan setelah di dalam kampus ini mampu mengolah sampah dengan baik, kami dapat memberikan literasi dan penyadaran kepada warga setempat,” pungkasnya.

Reporter: AA
Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
67 %
Surprise
Surprise
33 %
Menilik Efektivitas Konsep Baru PBAK Previous post Menilik Efektivitas Konsep Baru PBAK
Minim Kenyamanan Masjid FISIP Next post Minim Kenyamanan Masjid FISIP