UIN Jakarta mulai langkah dalam wujudkan Green Campus. Salah satunya dengan menekan penggunaan kendaraan bermotor guna mengurangi emisi karbon.
Penggunaan kendaraan secara masif memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan. Melansir dephub.go.id, transportasi merupakan salah satu faktor utama meningkatnya emisi karbon. Emisi karbon, terutama yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan, mengandung zat berbahaya. Melansir dari alodokter.com, zat berbahaya tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan, serangan jantung, kelahiran prematur, dan keguguran.
Emisi karbon yang berkepanjangan akan terus mencemari udara hingga mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Mengutip jurnal yang berjudul Analisis Upaya Penegakan Hukum Terhadap Krisis Lingkungan Atas Implikasi Pencemaran Udara Akibat Asap Kendaraan Bermotor di Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Tahun 2023, kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 85 persen terhadap total emisi.
Studi yang dilakukan Mayzura Kamila itu mencatat, kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada anak meningkat drastis di Jakarta akibat pencemaran udara. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menunjukkan lonjakan kasus dari 104.638 pada Februari 2023 menjadi 119.734 pada Maret 2023.
Guna mengurangi kerusakan lingkungan itu, UIN Jakarta menggalakkan program Green Campus yang ramah lingkungan. Surat Keterangan (SK) Rektor No. 1415 Tahun 2024 menetapkan Kebijakan Kampus Hijau (Green Campus Policy) pada UIN Jakarta. UIN Jakarta menjadikan indikator UI GreenMetric sebagai usaha mewujudkan Green Campus. Salah satu upayanya adalah rencana pembatasan kendaraan di lingkungan kampus.
Melansir dari uinjkt.ac.id, rencana pembatasan kendaraan di lingkungan kampus bertujuan mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan kampus yang bersih dan sehat bagi seluruh civitas academica.
Hendrawati, Ketua Tim Gugus Tugas Green Campus UIN Jakarta mengungkapkan, timnya sudah merencanakan pengurangan penggunaan kendaraan bermotor. Namun, dalam penerapan kebijakan ini masih banyak yang harus dipertimbangkan. “Pengaplikasiannya masih belum bisa total, karena kita bekerja sama dengan perusahaan swasta seperti Green Parking yang masih ada kontrak,” ungkap Hendrawati, Kamis (7/10).
Menurut Hendrawati, upaya memenuhi rencana pengurangan kendaraan di lingkungan kampus sudah tiga puluh persen terlaksana. Upaya tersebut yaitu pembelian kendaraan listrik dan himbauan kepada mahasiswa baru, baik menggunakan surat edaran maupun sosialisasi secara langsung. Meskipun demikian, masih banyak mahasiswa yang belum sepenuhnya mematuhi himbauan tersebut.
Berdasarkan keterangan Hendrawati, pihak kampus telah memesan tiga mobil listrik, masing-masing berkapasitas sekitar dua puluh orang. Selain itu, kampus juga telah mendatangkan motor listrik yang akan dialokasikan satu unit untuk setiap fakultas. Namun, saat ini, motor listrik tersebut belum bisa digunakan oleh mahasiswa, tapi baru diperuntukkan bagi tenaga administrasi. “Motor ini digunakan jika ada keperluan, untuk urusan tanda tangan tenaga administrasi,” ujarnya.
Rencana selanjutnya kampus akan mengalihkan area parkir kendaraan, khususnya sepeda motor ke luar area kampus. Melansir dari akun Instagram @uinjktofficial, pemindahan area parkir sudah berencana dipindahkan per Desember 2024 ke lapangan Triguna. “Nah makanya rencana untuk mengalihkan parkir keluar terutama sepeda motor harus dibicarakan, sebagai kompensasinya ada mobil listrik keliling itu,” ungkapnya.
Dilansir dari uinjkt.ac.id, studi yang dilakukan oleh Lily Surayya Eka Putri selaku Direktur Sustainable Development Goals (SDGs) mencatat, sekitar 5.000 kendaraan keluar masuk kampus. Banyaknya penggunaan kendaraan ini, jelas meningkatkan jumlah emisi karbon di lingkungan kampus.
Lily berpendapat, upaya yang dilakukan untuk mengubah pola transportasi di lingkungan kampus belum menghasilkan dampak yang signifikan. Menurutnya, tindakan untuk mengurangi emisi karbon belum terlihat. “Karena tindakannya itu, berupa kebijakan pengurangan kendaraan bermotor masuk ke dalam kampus,” tutur Lily, saat dihubungi lewat telepon Whatsapp, Rabu (6/10).
Menurut Lily, UIN Jakarta perlu memprioritaskan masalah transportasi karena saat ini lahan parkir khususnya di kampus satu semakin penuh. Lily mengusulkan penerapan satu hari tanpa kendaraan dan pemanfaatan bus kampus. Barulah kemudian menggunakan kendaraan listrik secara optimal.
Lily juga mengungkapkan, saat ini yang penting dan perlu diprioritaskan adalah menata kembali sistem parkiran dan transportasi. “Menurut saya kebijakan ini sangat realistis, selama kampus menyediakan lahan parkir bagi orang yang domisilinya jauh dan kampus menyediakan pedestrian yang baik, jadi di dalam kampus pun kalian akan nyaman,” tuturnya.
Anggota bidang Advokasi Lingkungan Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Insani Ibnu Batutah (KMPLHK Ranita), Dean Rewi Afiah mempertanyakan urgensi pembelian kendaraan listrik di kampus UIN. Menurutnya, mengubah perilaku masyarakat kampus jauh lebih penting daripada sekadar memiliki kendaraan listrik.
“Permasalahannya adalah orang-orang yang ngekos, atau orang-orang yang gak ngekos tapi rumahnya dekat, itu pake motor gak mau pake fasilitas umum. Berarti kesadaran lingkungannya kurang dong?” kata Dean, Jumat (8/10).
Urwah Hayati Hisiyah, anggota bidang Advokasi Lingkungan KMPLHK Ranita lainnya mengungkapkan hal serupa. Ia juga menyoroti sejauh mana Green Campus telah diimplementasikan. “Cuma, emang balik lagi, gimana implementasinya, apakah sesuai dengan tujuan dari konsepnya atau nggak, jadi balik lagi ke tujuan dan implementasinya itu,” kata Urwah, Jumat (8/10).
Selain itu, Urwah mempertanyakan jangkauan sosialisasi Green Campus terhadap mahasiswa baru. Urwah mengusulkan agar sosialisasi bisa dilakukan secara merata ke semua mahasiswa. “Dengan mengadakan kurikulum ramah lingkungan,” tuturnya.
Urwah melanjutkan, untuk memastikan kebijakan ini efektif bagi seluruh mahasiswa, perlu adanya fasilitas pendukung yang memadai. Fasilitas tersebut seperti, menyediakan layanan transportasi tambahan yang terintegrasi dengan moda transportasi umum. “Dari pada kebijakannya dulu, mending ya fasilitasnya dulu, harus ada penawaran dulu,” pungkasnya.
Reporter: RAF
Editor: Muhammad Arifin Ilham