Cara Gen Z Kelola Stres di Era Modern

Cara Gen Z Kelola Stres di Era Modern

Read Time:2 Minute, 14 Second
Cara Gen Z Kelola Stres di Era Modern

Dari manajemen stres hingga pendekatan kreatif, Generasi Z terus mencari cara terbaik untuk menghadapi tekanan hidup dan menjaga kesehatan mental.


Generasi Z atau Gen Z menghadapi tekanan dari lingkungan akademik, pekerjaan, dan ekspektasi sosial, sehingga mendorong mereka mencari cara unik untuk mengelola stres. Berdasarkan American Psychological Association (APA), Gen Z disebut sebagai generasi paling cemas dibandingkan generasi sebelumnya, dengan 91 persen di antaranya mengalami gejala psikologis atau fisik akibat stres dalam setahun terakhir. 

Byakta Cahya, Mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, menyebut banyaknya tugas sebagai faktor utama yang memicu burnout—kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat tekanan berlebihan. Ia biasanya melepas stres dengan cara sederhana. “Biasanya nongkrong dengan teman di Indomaret atau warkop, itu sudah cukup mengurangi stres,” ujarnya, Selasa (12/11) 

Pendapat serupa datang dari Apriyantono, seorang pekerja paruh waktu yang mengatakan bahwa ekspektasi tinggi sering kali memicu stres. “Ekspektasi yang besar dan kegagalan itu melelahkan. Melepaskan rasa lelah karena stres adalah hal utama yang harus dilakukan,” katanya, Rabu (13/11). 

Berbeda dengan Byakta, Apriyantono mengatasi stres dengan melakukan hobi atau mendekatkan diri kepada Tuhan. “Dengan melakukan aktivitas yang kita sukai seperti hobi dan juga mendekatkan diri kepada Tuhan itu bisa melepas dan melupakan stres,” tuturnya. 

Tidak hanya itu, tren populer seperti bepergian ke alam juga menjadi favorit Generasi Z. Apriyantono menyebut kegiatan seperti mendaki gunung atau mengunjungi pantai menjadi pilihan banyak orang untuk melepas penat. “Mungkin tidak jauh dari berpegian ke suatu tempat seperti naik gunung, atau ke pantai untuk mengatasi stres,” ujarnya. 

Di sisi lain, Siskya Rahmat, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memilih menanam tanaman sebagai cara untuk mengatasi stres. Baginya, kegiatan ini bukan hanya menyenangkan tetapi juga memberikan efek menenangkan. “Tanaman puring adalah favorit saya karena mudah dirawat dan memiliki warna yang cantik,” katanya. Rabu (13/11). 

Ilmi Amalia, Dosen Psikologi UIN Jakarta mengonfirmasi, tingkat stres pada Gen Z lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pola asuh yang penuh kecemasan. “Kalau menurut buku The Anxious Generation karya Jonathan Haidt, Generasi Z dibesarkan oleh orang tua pencemas, membesarkan anak juga dengan penuh kecemasan, jadi akhirnya tertekan anaknya,” tuturnya. Rabu (13/11) 

Menurutnya, media sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap meningkatnya tingkat kecemasan pada Generasi Z. “Konten toxic di media sosial juga bisa memperburuk kecemasan. Apalagi algoritma media sosial sering memunculkan konten serupa yang membuat stres makin parah,” jelasnya.

Ia juga menyarankan Generasi Z untuk mempelajari manajemen stres, karena stres adalah hal yang pasti terjadi tetapi harus dikelola. Ia menekankan pentingnya gaya hidup sehat, tidur cukup, serta pendekatan religius. “Gen Z juga perlu mencoba berbagai cara untuk mengatasi stres, bukan hanya satu metode,” pungkasnya.  

Reporter: RY
Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Implementasi Green Campus Tuai Reaksi Beragam Previous post Implementasi Green Campus Tuai Reaksi Beragam
Wisuda Dua Pekan, Solusi Peningkatan Peserta Next post Wisuda Dua Pekan, Solusi Peningkatan Peserta