Dakwah Lewat Media Massa, Siapa Takut?

Read Time:1 Minute, 49 Second

Sebagian besar stasiun televisi menayangkan program dakwah sebanyak 3% per hari atau sekitar 0,72 jam per hari. Namun, ketika bulan Ramadhan tiba, tayangan tersebut meningkat menjadi 27%  atau  6,48  jam. Program acara seperti qultum, sinetron religi, dan kuis Islam  mulai  mendominasi.  Qultum yang tayang dengan durasi sekitar 7 menit memiliki rating tertinggi dibanding program acara lainnya.
Hal itu disampaikan oleh Pimpinan Redaksi SCTV, Maulidin Anwar  pada  Studium General bertajuk Memanfaatkan Media Massa untuk Penyuluhan Agama di Teater Lantai 2 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM), Kamis (7/11). Ia menyimpulkan, sebenarnya  para  pemirsa  lebih  menyukai  acara  qultum  ketika  mendekati  waktu  berbuka  puasa. 
Ia  menambahkan, cara  berdakwah  di media elektronik tak  hanya ceramah. Program dakwah juga harus dikemas menarik dan materinya tetap berbobot. Misalkan, menyelipkan  program  dakwah  dalam  berita. “Sejak lima tahun lalu, program liputan enam petang edisi Ramadhan selalu menayagkan segmen tanya  jawab  dengan  ustadz yang berdurasi dua  menit,” ucapnya. 
Lanjutnya, senafas dengan televisi, media internet pun bisa bermanfaat dalam  berdakwah. Banyak yang bisa dijadikan referensi untuk mengembangkan program dakwah di media massa, seperti  berdakwah melalui Youtube . “Sekarang yang dibutuhkan tinggal Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menjalankannya,” tandasnya.  
Selain Mauludin, dosen  FIDIKOM Helmi Hidayat juga menyampaikan, dakwah pun bisa disosialisasikan  menggunakan media cetak. Misalnya, dengan  menggunakan advertorial, opini dan berita. “Kenali setiap ideologi media massa yang akan diajak bekerja sama. Kemudian rangkul dan ambil manfaatnya. Terakhir ialah pergunakan beragam media sosial yang ada,” tuturnya. 
Acara studium general yang digelar oleh Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) ini bertujuan untuk memperkaya wawasan mahasiswa. Ketua Jurusan (Kajur)  BPI, Rini Laili Prihatini  mengatakan, mahasiswa sudah memeroleh teori di kelas. “Sekarang, saatnya mahasiswa mengetahui praktiknya melalui sharing dengan para pembicara yang berkompeten,” ucapnya usai Studium General berlangsung.
 Senada dengan Rini, salah seorang mahasiswa BPI, Nurul Mutmainah mengatakan, materi yang disampaikan oleh para pembicara sangat bagus. “Materinya sesuai dengan kebutuhan saya sebagai mahasiswa BPI,” papar mahasiswa semester 7 tersebut. (Azizah Nida Ilyas)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Kejuaraan, Tandai Kebangkitan Tapak Suci UIN Jakarta
Next post Debat, Jadikan Mahasiswa Membuka Pikiran