Read Time:2 Minute, 15 Second
Sudah menjadi rahasia umum jika petinggi dan dekan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki jatah untuk memasukan calon mahasiswa baru (Maba) lewat jalur pintas. Ironisnya, hal itu terus terjadi setiap tahun. Demikianlah yang dikatakan oleh Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu Politik, Zaki Mubarok.
Zaki mengungkapkan, praktik titip-menitip calon maba di UIN Jakarta sudah menjadi hal yang lumrah. Bahkan, sistem tersebut sudah diketahui seluruh dekan dan pihak rektorat UIN Jakarta. “Apa ini masih relevan dipertahankan di UIN?” ucapnya ketika ditemui Senin (23/6) lalu.
Untuk memasukan calon maba, para dekan cukup membawa daftar nama calon maba ke rapat menjelang penerimaan mahasiswa. Biasanya, lanjut Zaki, dalam rapat tersebut akan terjadi negosiasi dengan pihak rektorat.
Ia menambahkan, motif awalnya hanya sekadar sosialisasi kepada petinggi kampus, lalu berubah menjadi ajang bisnis. “Biasanya, calon maba dititipkan ke fakultas-fakultas bergengsi, seperti Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta Fakultas Sains dan Teknologi (FST),” paparnya.
Hal serupa juga dikatakan Kajur Hubungan Internasional, Debbie Afrianti. Ia mengatakan, sempat ada yang menawarkan untuk memasukan keponakannya lewat jalur pintas, namun Debbie menolak. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai siapa pihak yang bisa meluluskan calon maba melalui jalur pintas tersebut, Debbie enggan menyebut namanya.
Dekan FST, Agus Salim, turut membenarkan adanya praktik titip-menitip calon maba di UIN Jakarta. Pihak yang berwenang untuk meloloskan mahasiswa adalah orang yang punya jabatan di UIN Jakarta, seperti wakil rektor. “Meski begitu, bukan berarti ini kebijakan ilegal. Sistem ini sudah menjadi kebijakan internal dari universitas,” jelasnya, Rabu (25/6).
Agus menekankan, praktik titip-menitip ini tidak akan merugikan calon maba. Baik yang lewat jalur biasa maupun jalur titipan, mereka tetap harus mengikuti ujian masuk. “Jika lulus seleksi mereka langsung diterima di UIN Jakarta. Kalau tidak, calon maba akan dijadikan sebagai cadangan,” ucapnya.
Ketika dikonfirmasi lebih lanjut, wakil rektor (warek) I, Bidang Akademik, Mohammad Matsna tak menampik adanya praktik titip-menitip. Ia bahkan mengizinkan dosen dan karyawan untuk menitipkan kerabatnya yang ingin masuk UIN Jakarta. Meski begitu, tak berarti calon maba bisa masuk UIN Jakarta tanpa ujian terlebih dahulu.
Disela-sela wawancara, Matsna menunjukan salah satu berkas calon maba yang hendak dititipkan pada rektorat. Berkas tersebut berisi nama lengkap, asal sekolah, nilai ujian sekolah serta permohonan diri agar diterima di UIN Jakarta.
Selain berkas tersebut, Matsna juga mengatakan masih banyak berkas lain yang ia terima. “Tuh, di laci saya masih banyak berkas titipan. Siapa saja boleh menitipkan calon mahasiswa, tapi saya tak menjamin kelulusannya,” ujarnya.
Menanggapi terkait oknum yang menawarkan jalur pintas, Matsna mengatakan, orang-orang tersebut perlu dicurigai dan jangan mudah percaya dengan tawarannya. “Mereka yang menawarkan bisa membantu kelulusan tapi justru calon maba tersebut lulus murni diluar bantuan apapun,” tutupnya.
Average Rating