Read Time:2 Minute, 33 Second
“Di jalan berdebu, ia melangkah. Di jalan berbatu, ia melangkah. Dia berjalan jauh dan terlihat lelah. Seorang prajurit yang tak bahagia lagi. Ia beristirahat di pinggir kali dengan kelaparan dan kehausan. Dia selalu menggesek biolanya saat kesepian dan sedih. Dia selalu sedih ketika lapar dan haus.”
Prolog tersebut dibacakan Rudy Wowor yang berperan sebagai dalang dalam pementasan teater tari kontemporer L’Histoire Du Soldat. Sembari membacakan prolog, ia mulai memainkan wayang kulit yang memerankan tokoh Yusuf dan sebuah botol hitam yang memerankan tokoh iblis.
Teater tari kontemporer malam itu dikombinasikan dengan pertunjukan wayang berjudul L’Histoire Du Soldat. Pertunjukan ini dimulai dengan tiga orang penari yang berjalan seperti kelelahan. Selama pementasan, ada tiga orang penari yang mengiringi dan menggambarkan cerita dari dalang.
Tiga orang penari itu menggambarkan kesedihan dan kegelisahan prajurit dengan tarian. Ketika prajurit bernama Yusuf sedang kelaparan serta kehausan. Penari menggerakan tubuh dengan luwes dan memasang mimik muka yang sedih, diiringi ketukan musik yang mulai sendu.
Rudy melanjutkan ceritanya, tiba-tiba muncul iblis menawarkan uang dan tahta kepada Yusuf dengan syarat memberikan biolanya. Dengan berat hati, Yusuf memberikan biola yang selalu menemaninya saat sedih demi mendapatkan uang Rp 25juta dan menjadi penguasa di daerahnya.
Setelah uang dan tahta Yusuf dapatkan, dia masih merasa sendiri meski bisa berjalan-jalan ke manapun yang ia mau dan dapat membeli apa saja yang ia inginkan. Tetapi, Yusuf tak dapat merasakan kebahagiaan itu, lantaran biola yang selalu menemaninya setiap saat kini telah tiada.
Di pengujung cerita, dengan menggunakan tanduk berwarna merah dan ekor yang berwarna hitam memanjang, seluruh penari berubah menjadi Iblis. Penari menggambarkan, Yusuf akhirnya berubah menjadi iblis karena ia tak mampu menahan keinginannya untuk mendapatkan uang dan tahta. Sebelum pementasan ditutup, tiga penari ini menari menggambarkan iblis yang tak pernah mati dan mempunyai kegundahan sama seperti manusia.
Pementasan teater tari yang berjudul L’ Histoire Du Soldat (Kisah Seorang Prajurit) ini diangkat dari cerita rakyat Rusia yang diciptakan oleh C.F Ramuz dan Igor Sravinsky pada tahun 1918. Dengan latar belakang perang dunia kesatu dan keadaan ekonomi Yusuf yang bermasalah akibat peperangan.
Koreografer dalam pementasan ini, Gerard Mostard, mengatakan, nilai kemanusiaan dalam pementasan mengisahkan manusia yang bisa melakukan apapun untuk mencapai keingingannya. “Untuk itu, kita sebagai manusia harus hati-hati dengan hawa nafsu kita karena Iblis ada di sekeliling kita,” tambah Gerard.
Berbeda dari pementasan sebelumnya di Indonesia Dance Festival 2012, L’ Histoire Du Soldat memakai bahasa Inggris. Malam itu, Gerard membawakan versi Jawa dari L’ Histoire Du Soldat tapi menggunakan bahasa Indonesia. “Untuk kali ini, teks juga disesuaikan menjadi lebih pendek, sesuai dengan nada musik yang akan dipentaskan,” ujar Goenawan Mohamad selaku penulis lirik dalam pementasan yang diselenggarakan di Salihara.
“Pementasan ini membawakan nilai kemanusiaan yang bermanfaat bagi seluruh manusia dari segala golongan,” ujar, Dea Oktavianida, salah satu penonton yang merasa terhibur setelah menyaksikan pementasan malam itu, Sabtu (12/7). Menurut Dea, ekspresi dari penari dan dalang lebih hidup. Selain itu, kata mahasiswa Sekolah Tingi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Inter Studi Jakarta, cerita tersebut sangat bermanfaat untuk semua manusia di muka bumi agar tetap menjaga hawa nafsu mereka.
IP
Average Rating