Kerap Dikaitkan dengan ISIS, UIN Jakarta Rilis Bantahan

Read Time:5 Minute, 2 Second
Beberapa hari terakhir, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta kerap dikaitkan dalam pemberitaan mengenai gerakan Islamic State of Iraq and Syam (ISIS). Ini terjadi lantaran salah satu sosok di dalam video ajakan mendukung ISIS berjudul “Join the Ranks” dikabarkan merupakan mahasiswa UIN Jakarta. Selain itu, penggunaan gedung milik UIN Jakarta, Syahida Inn, sebagai tempat pendeklarasian dukungan terhadap ISIS pada 6 Juli 2014 membuat pemberitaan di media nasional semakin santer mengaitkan UIN Jakarta dengan ISIS. 
Video “Join the Ranks” merupakan bentuk ajakan terhadap seluruh warga muslim di Indonesia untuk mendukung ISIS. Video yang beredar di situs Youtube ini lantas menyeret nama UIN Jakarta terhadap pemberitaan ISIS. Ini disebabkan sosok Abu Muhammad Al Indonesi atau Bahrumsyah yang muncul dalam video tersebut dikabarkan pernah menjadi salah satu mahasiswa UIN Jakarta.
Terkait hal ini, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta, Sunandar Ibnu Nur, membenarkan bahwa Bahrumsyah pernah menjadi salah satu mahasiswa di FIDKOM pada tahun 2003. Bahkan Sunandar mengaku pernah mengajar Bahrumsyah.

“Abu Muhammad atau Bahrumsyah itu memang benar pernah kuliah di UIN Jakarta selama 3 semester. Saat itu, ia mengambil program non reguler, namun tidak sampai selesai lantaran drop out,” ujarnya, Kamis (7/8).
Meskipun Bahrumsyah pernah kuliah di UIN Jakarta, Sunandar membantah bila pemikiran Bahrumsyah untuk mendukung ISIS diperoleh dari UIN Jakarta. “Kami tidak pernah mengajarkan mahasiswa untuk mempunyai pola pikir mendukung gerakan kelompok radikal seperti ISIS, kami tentu hanya mengajarkan segala sesuatu yang sifatnya keilmuan,” kata Sunandar.
Selain diberitakan sebagai mahasiswa UIN Jakarta, Bahrumsyah juga disebut-sebut sempat menjadi anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Jakarta. Namun hal ini pun dibantah oleh LDK Syahid. Ketua LDK Syahid, Widy Widagdo menampik berita tersebut. “Bahrumsyah bukan anggota LDK Syahid UIN, perlu diklarifikasi berita yang berkembang saat ini,” ujar Widy, Jumat (8/8).
Tak hanya terkait seorang sosok dalam video “Join the Ranks” yang dikabarkan merupakan mahasiswa UIN, gedung Syahida Inn milik UIN Jakarta yang digunakan sebagai tempat deklarasi pendukung ISIS juga membuat UIN dihubung-hubungkan dengan pemberitaan ISIS.

Multaqod Da’wiy ke-7 sekaligus deklarasi dukungan terhadap ISIS dan pembaiatan kepada Abu Bakar Al-Baghdadi sebagai Pimpinan Daulah Islamiyah tersebut diselenggarakan Forum Aktivis Syariat Islam (FAKSI) di gedung Syahida Inn pada 6 Juli 2014. “FAKSI melihat ISIS kini telah menjadi penegak khilafah Islam yang paling berkonsentrasi dalam penegakan syariat Islam, maka FAKSI mendukungnya,” tutur Muhammad Fachri, juru bicara FAKSI, Kamis (10/7).
FAKSI bukan organisasi internal UIN Jakarta. Menurut Fachri, FAKSI bukanlah kelompok Islam yang terikat. “FAKSI hanyalah forum terbuka yang diisi oleh sejumlah aktivis Islam dari berbagai daerah yang mengharapkan kepada penegakan syariat, jadi untuk keanggotaannya bersifat terbuka,” tambahnya.
Sehubungan dengan penggunaan gedung Syahida Inn, pihak UIN Jakarta membantah terlibat dalam aksi dukungan terhadap ISIS. Wakil Rektor (Warek) III bidang Kemahasiswaan, Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan deklarasi pendukung ISIS yang diselenggarakan di Syahida Inn itu bahkan dilaksanakan tanpa sepengetahuan pihak UIN Jakarta.
Menurut Sudarnoto, Syahida Inn merupakan gedung yang dapat digunakan untuk umum melalui mekanisme penyewaan. “Deklarasi pendukung ISIS di Syahida Inn ini kecolongan. Ini menjadi warning bagi kita semua, baik dari UIN Jakarta maupun di luar UIN Jakarta agar lebih berhati-hati,” ujar Sudarnoto, Kamis (7/8).
Sudarnoto juga menyatakan UIN Jakarta menganggap ISIS tidak sesuai dengan prinsip agama, kemanusiaan, dan falsafah hidup. Ia mengimbau mahasiswa, pemerintah serta elit politik agar tidak mudah terpengaruh. “Saya juga mengusulkan pada seluruh dekan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), pembina asrama, serta Mahad untuk merangkul mahasiswa agar tidak melenceng dari ideologi pancasila,” tuturnya.
Tak hanya pihak rektorat yang menolak gerakan ISIS. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UIN Jakarta seperti LDK Syahid pun menyebut ISIS sebagai gerakan yang tidak sesuai syariat. “LDK Syahid  tidak mendukung gerakan ISIS. Deklarasi yang dilakukan ISIS tidak sesuai syariat sebab mereka melakukan kekerasan kepada siapa saja yang tidak sepaham dengan mereka,” tutur Widy, Kamis (7/8).
Senada dengan LDK, beberapa mahasiswa UIN Jakarta yang juga aktif dalam sejumlah organisasi ekstra kampus seperti Kesatuaan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) cabang Ciputat juga tidak mendukung ISIS. Saat diwawancarai terpisah pada Kamis (7/8), mereka sepakat menilai bahwa apapun yang melanggar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan pancasila tentu dianggap tidak patut untuk diikuti.
Pancasila merupakan ideologi negara yang sudah cukup islami. Begitulah yang diungkapkan Ketua IMM cabang Ciputat, Abidin Ghozali. “IMM menolak gerakan ISIS sebab esensi pancasila sudah sangat islami untuk dipatuhi oleh warga negara,” tutur mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta ini, Kamis (7/8). 
Tak hanya sampai di situ, nama UIN Jakarta pun kembali dikaitkan dengan ISIS di dalam pamflet berisi lowongan pekerjaan sebagai budak seks untuk para mujahidin ISIS yang beredar melalui media sosial WhatsApp. Dalam pamflet yang mengatasnamakan FAKSI, Front Pembela Islam (FPI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Hizbut Tahrir tersebut tercantum bahwa Masjid Fathullah UIN Jakarta merupakan sekretariat ISIS Indonesia.

Menjawab hal tersebut, Pengurus Masjid Fathullah Ahmad Yani membantah bahwa Masjid Fathullah merupakan sekretariat ISIS Indonesia. “Demi meredam isu serta mencegah pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan nama Masjid Fathullah, kini perizinian masjid akan diperketat,” ujar Yani.
Amin Suma, Guru Besar UIN Jakarta melihat ISIS sebagai gerakan yang berangkat dari sebuah ideologi dan perlu ditangani bersama. Dialog dianggap sebagai solusi mendasar yang perlu dilakukan demi menyambung perbedaan.
“Negara, pemerintah, ulama, tenaga pendidik, dan kampus memiliki kewajiban untuk menggelar dialog-dialog terstruktur dan bisa memberikan solusi, bukan yang saling memojokkan, apalagi yang memunculkan permusuhan,” ujar Amin Suma, Minggu (20/7).
ISIS yang dikenal sebagai kelompok yang memiliki cita-cita membentuk negara merdeka berlandaskan pemerintahan Islam ini melakukan berbagai aksi radikal. Menurut laporan tahunan ISIS yang dirilis oleh Institute for The Study of War dalam situsnya www.understandingwar.org, selama 2013 ISIS sudah melakukan 10.000 operasi di Irak, 1000 pembunuhan, menanam 4000 bom rakitan serta membebaskan ratusan tahanan yang merupakan anggota berbagai kelompok radikal.
Menurut Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Ansyaad Mbai, semua ini tentu menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia. “Para pendukung ISIS di Indonesia ini cukup mengancam sebab merupakan buronan teroris. Apalagi daerah-daerah munculnya dukungan ISIS di Indonesia merupakan kantong-kantong teroris,” ujar Ansyaad, Rabu (6/8).
SN

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post KABPP, Lestarikan Budaya Betawi Lewat Pantun
Next post Cagar Budaya Indonesia Tak Terpelihara