KABPP, Lestarikan Budaya Betawi Lewat Pantun

Read Time:1 Minute, 44 Second

Di dalam tas isi kain katun,
Dimasukkan jangan dipaksa,
Kami dari Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun,
Mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa.

Itulah salah satu penggalan pantun dari Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun (KABPP). Berpantun merupakan salah satu cara yang dipilih komunitas ini dalam melestarikan budaya Betawi.

Komunitas ini bermula dari beberapa orang yang saling berbalas pantun di grup facebook Komunitas Pantun Betawi. Karenabanyaknya respons, salah seorang  anggota komunitas facebook ituakhirnya membuat grup baru bernama Komunitas Anak Betawi Pecinta Pantun (KABPP). Kemudian, anggota lainnya, Ahmad Rifai berinisiatif menjadikan KABPP tak hanya sekadar komunitas di dunia maya, tapi juga di dunia nyata.

Sejak berdiri pada 12 Januari lalu, komunitas ini telah mengadakan berbagai pagelaran budaya Betawi, baik tradisional maupun modern, seperti lenong pantun, palang pintu, tari, dan lenong. Menurut Rifai, dalam melaksanakan pagelaran, KABPP seringkali bekerjasama dengan komunitas lain, di antaranya komunitas rumah seni Betawi serta komunitas kesenian Betawi dan pencak silat.

Saat ini, tak kurang dari 3.000 orang tercatat sebagai anggota KABPP dengan jumlah  anggota aktif sekitar 115 orang. Kendati demikian, hal itu tidak membuat Rifai pesimis. Karena baginya, yang terpenting adalah kualitas, bukan kuantitas.

Tak hanya warga Jakarta, anggota KABPP juga tersebar di beberapa wilayah, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor. “Prinsipnya, apa pun suku dan agamanya, kalau dia peduli pada budaya Betawi, dia adalah saudara kami,” tegas Rifai, Minggu (20/7)

Selain itu, KABPP juga tidak memberi batasan usia bagi siapa saja yang hendak bergabung. Kini, anggota KABPP terdiri dari semua jenjang usia dari anak kecil hingga dewasa.

Dalam menjalankan rutinitasnya, lanjut Rifai, KABPP berkumpul setiap Minggu di Jembatan Intan, Kota Tua. Pada momen itu, konsep dan ide dituangkan untuk mengembangkan KABPP.

Melalui komunitas ini, Rifai berharap masyarakat Betawi dapat secara bersama-sama menggali, melestarikan, dan membesarkan kembali budaya Betawi.”Sehingga, orang Betawi bisa semakin bangga dengan identitas sebagai orang Betawi,” ujar Rifai.
Bibir merah dengan warna dasar kuning adalah logo dari komunitas yang didirikan Rifai tujuh bulan lalu tersebut. Bibir merah, kata pemuda asli Betawi tersebut, bermakna berani bertanggungjawab atas apa yang telah diucapakan. Sedangkan,warna dasar kuning menunjukkan kedewasaan seseorang.

AN

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Levitasi Hore, Melayang Bukan Melompat
Next post Kerap Dikaitkan dengan ISIS, UIN Jakarta Rilis Bantahan