Read Time:2 Minute, 24 Second
Tak lelo lelo lelo ledung
Cup menenga aja pijer nangis
Anakku sing ayu (bagus) rupane
Yen nangis ndak ilang ayune (baguse)
Sebait tembang di atas berjudul Lelo Ledhung, menjadi tembang pembuka acara bentara pentas musik bertema Indahnya Dunia Endah. Tembang yang dikidungkan oleh Endah Laras, penyanyi asal Solo menggema di aula Bentara Budaya Jakarta (BBJ) pada Kamis malam (11/9).
Bersama kelompok Brayat Endah Laras, wanita asal Solo itu menampilkan beberapa tembang miliknya. Di antaranya Yun Ayun, Lelo Ledhong, Walang Keke, Terbang, Jenang Gula, Andhe-Andhe Lumut, dan beberapa tembang lainnya.
Mengenakan kebaya dan kain khas Solo dilengkapi kacamata dan gaya rambut ala Kartini menjadi ciri khas penyanyi yang juga berkiprah sebagai komposer musik itu. Namun, ada yang berbeda pada penampilannya saat membawakan tembang ini, gitar kecil yang biasa berada di kedua tangannya tidak terlihat.
Ketika mendendangkan tembang ini, Endah mencoba mengajak para penonton untuk bernostalgia di masa lalunya. Tembang ini bercerita tentang rindu di masa lalu. Ia mengingat-ingat kali pertama tembang ini diciptakan.
Sebelum bernyanyi, penyanyi yang mengawali karirnya pada tahun 1996 itu menceritakan sejarah Lelo Ledhung. Saat itu, ia tengah mengandung putri pertamanya, Elvita Sari atau Sentu, panggilan kesayangan ibu pada anaknya.
Hadirnya Sentu di bentara pentas musik ini membawa haru bagi penikmat musik yang hadir malam itu. Langkah kaki tulus seorang ibu menuruni anak tangga demi menyanyikan sebuah tembang yang dipersembahkan untuk putri pertamanya. Suasana hening saat tembang Lelo ledhung dinyanyikan, seakan Endah menyihir penonton dengan suara merdu yang ia curahkan lewat pelukan pada putri sulungnya.
Di tengah-tengah pertunjukan, Endah memperkenalkan personil grup Brayat Endah Laras. Plenthe yang ia biasa panggil dengan sebutan Dek Plenthe sebagai pemain perkusi, Dimas Daru (pemain bass), Kiki (gitaris), Koko (pianis), Lugo (pemain melodi) dan Udi sebagai drummer yang menjadi satu-satunya personil yang ia tuakan dengan sebutan Kak Udi. Mereka semua tergabung dalam kelompok Brayat Endah Laras.
Berbeda dengan sebelumnya, pada tembang selanjutnya, wanita paruh baya itu dapat menghidupkan suasana melalui tembang Walang Keke. Pada tembang kali ini ia pun menggandeng keponakannya, Woro Mustika Siwi. Ketika mendendangkan tembang ini, Endah bersama keponakannya terlihat luwes mengayun-ayunkan tangan dan kaki.
Tembang Walang Keke ini berisikan nasihat untuk anak-anak agar rajin belajar. Tepuk tangan dan teriakan kagum penonton tak henti-hentinya menyambut penampilan Endah dan Woro sampai di akhir bait tembang ini.
Tak hanya menggandeng Woro, Endah juga berkolaborasi dengan Liliek Jasqee (violin) di beberapa tembang yang ia bawakan dalam pentas malam itu. Misalnya, pada tembang berjudul Terbang, alunan suara viola menambah haru tembang ini. Kilauan lampu berkelap-kelip ikut menghiasi panggung saat tembang ini dinyanyikan.
Acara bentara musik ini ditutup dengan tembang berjudul Yun Ayun. Lewat tembang ini, Endah mencoba menggambarkan jejak berkeseniannya ibarat sebuiah ayunan yang selalu berayun menarikan kehidupan. Dengan gerakan tubuhnya yang khas, ia kembali mewarnai suasana aula BBJ. Selama lebih kurang tiga jam, Endah berhasil membawa penonton ikut ke dalam kisah di balik setiap tembang yang ia bawakan.
AN
Average Rating