Robohnya Media Massa

Read Time:1 Minute, 46 Second

Media massa berperan penting bagi kehidupan suatu bangsa, salah satunya memberikan informasi sesuai fakta. Namun, kini masyarakat tidak boleh percaya sepenuhnya dengan informasi yang diberikan media, lantaran saat ini media banyak dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.

Misalnya, pada pemilu 2014 banyak hal menyadarkan kita, betapa media bisa menjadi partisan demi menyokong kepentingan partai dan Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres). Alih-alih mencerahkan, media justru menyesatkan publik, karenanya sebagai penikmat media, masyarakat perlu menyaring setiap berita yang masuk.

Menurut Wartawan Kompas, Ilham Khoiri, untuk menjaga kredibilitas media massa haruslah memperhatikan beberapa hal, seperti independen dari pemilik modal, pemerintah, partai politik, maupun kelompok masyarakat. Ia juga menambahkan, media seharusnya berpihak pada kepentingan publik dan mencari solusi bukan malah menghakimi.

Ilham menyarankan, media perlu mempraktikkan prinsip-prinsip jurnalistik, seperti cover both side, seimbang, objektif, dan konfirmasi pada narasumber. “Intinya, semua media harus mengikuti aturan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers,” tuturnya dalam seminar Pertaruhan Kredibiltas Media Massa Pasca Pilpres 2014, di auditorium FISIP UIN Jakarta, Kamis (25/9).

Senada dengan Ilham, anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Umar Idris mengungkapkan, untuk menjaga kredibilitas media, setiap wartawan harus menjaga citra pribadi maupun media tempatnya bekerja. Hal itu dikarenakan, kredibiltas media yang kian hari kian dipertaruhkan kebenarannya. Umar menilai, pilpres 2014 merupakan bukti robohnya media massa, karena nilai yang mencerdaskan pembaca tidak lagi ditemui dalam pemberitaan media.

Hal tersebut tak hanya dirasakan Umar, anggota Jurnal Nasional, Iwan Syam menuturkan, media massa pada pilpres 2014 bukan memberikan informasi yang mencerahkan publik, justru menyajikan berita yang sarat akan kepentingan. Banyak pihak yang secara sengaja membuat berita yang tidak sesuai fakta demi mencapai tujuannya. “Misalnya dengan memberitakan keburukan lawan,” jelas Iwan.

Iwan berharap, pasca pilpres 2014, media dapat mempersatukan kembali masyarakat melalui pemberitaannya. Senada dengan Iwan, mahasiswi Hubungan Internasional (HI) sekaligus ketua pelaksana seminar, Hanifah berharap, lewat seminar ini mahasiswa lebih dapat membuka  hati dan pikiran untuk sadar bahwa pemberitaan di media tidak lantas menghancurkan persatuan.

Hanifah menuturkan, adanya seminar ini dilatarbelakangi rendahnya minat menulis di kalangan mahasiswa. Selain itu, ingin menyanggah pernyataan-pernyataan buruk tentang daya pikir kritis mahasiswa serta menumbuhkan kembali kebudayaan berbicara di depan umum.


AN

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Tiga Pandangan Berbeda tentang Konsep Kenabian
Next post Kebudayaan Tangsel Perlu Perhatian Khusus