Panggung Keroncong Lestarikan Budaya Indonesia

Read Time:1 Minute, 49 Second
Di atas panggung berukuran 3 m x 4 m, seorang wanita dengan gayanya yang casual tengah asik melantunkan lagu Keroncong Kemayoran. Penampilannya malam itu tak hanya sendiri, ia ditemani oleh kesembilan pemain musik. Suasana berubah ketika salah seorang pemusik mulai memainkan alat musik celo. Kemudian disusul oleh atraksi pemain musik lainnya. Mereka dengan piawai memainkan alat musik seperti ukulele, piano, akordeon, flute dan saksofon.

Kelompok grup yang menamai dirinya Ubiet Kroncong Tenggara ini tidak hanya membawakan lagu Keroncong Kemayoran, tapi juga membawakan lagu keroncong berjudul Tanjung dan Pasar Gambir yang telah diaransemen. Riuh tepuk tangan penonton mengiringi kemeriahan malam itu di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Sabtu (25/10).

Pementasan Panggung Keroncong malam itu dibagi dalam 3 sesi. Pertama oleh grup Ubiet Keroncong Tenggara, grup ini membawakan musik keroncong dengan unsur  keroncong kontemporer.  Sesi kedua oleh Lantun Orchestra  yang membawakan keroncong klasik. Dan yang terakhir dibawakan oleh Altajaru Ensemble yang memadukan keroncong dengan krompong.

Penampilan yang berbeda lainnya disajikan oleh Grup Altajaru Ensemble. Dengan mengusung konsep serba hitam seorang penyanyi wanita mengenakan kebaya hitam melantukan lagu Ayam Jago. Dengan gemulai wanita ini menari mengikuti lantunan musik keroncong.

Pertunjukkan musik keroncong yang diadakan sejak 21-26 Oktober ini bertujuan untuk menyegarkan kembali musik keroncong ke ranah publik. Hal itu diungkapkan Fadlan salah seorang komponis Indonesia yang berasal dari Aceh dalam sambutannya. Menurut Fadlan bermain musik keroncong tidaklah mudah. “Ini menjadi hal serta tantangan baru dalam bermain musik,” ungkapnya, Sabtu (25/9).

Sementara itu bagi Yuyun Arfah, acara panggung keroncong ini sangat penting. Yuyun menambahkan, musik keroncong merupakan salah satu budaya dari Indonesia yang harus dijaga. Menurutnya, untuk melestarikan musik keroncong agar tetap populer di telinga masyarakat, yaitu dengan mengikuti perkembangan zaman. “Misalnya dengan mengaransemen lagu-lagu yang ada,” ucapnya.

Pertunjukkan yang berlangsung selama dua jam ini menarik perhatian salah satu penonton, Siska Wulandari. Ia mengatakan, acara ini sangat menarik karena melibatkan beberapa komponis muda. Selain itu, acara ini juga mengajak para pemuda untuk melestarikan budaya Indonesia seperti musik keroncong. “Dengan aransemen dan memadukan alat musik keroncong dengan alat musik modern, musik keroncong terlihat lebih berwarna,” tuturnya.
                 
IP

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Beragam Genre Musik di Cafe Tiban
Next post Terapkan PHBS Sejak Dini