Cermin Kebudayaan Jawa

Read Time:2 Minute, 12 Second


Sudut ruangan Teater Atap Salihari yang gelap mulai dihiasi obor api yang digenggam oleh beberapa orang. Di  panggung utama Ki Dalang beserta para pemusik bersiap memukul alat musik gamelan. Seorang laki-laki dan seorang wanita berpakaian adat jawa berdiri di sekelilingnya.

 “Gong…!” Ki Dalang memberikan arahan tanda dimulainya pertunjukan. Sembari menjelaskan jalan cerita, lima orang yang menggenggam obor api sehentak berjalan mengelilingi kursi penonton. Lantunan suara alat musik gamelan semakin membuat suasana lebih mencekam.  

Selepas alat musik gamelan dimainkan, seorang pria berpakaian lusuh menghampiri sisi tengah teater. Pria yang akrab disapa Abu ini, sedang melakukan pencarian cermin tipu daya. Menurut cerita yang beredar, cermin yang berada di negeri Nabi Sulaiman ini, berguna untuk mendapatkan kebahagiaan.

Ki Dalang kembali menuturkan jalannya cerita, ia mengarahkan Abu untuk mencari cermin tipu daya. “Saat ini, cermin tipu daya dimiliki oleh pangeran dan putri,” ucap Ki Dalang sambil mengangkat tangannya. Mendengar kehebatan dari cermin tipu daya, Abu lantas memantapkan niat untuk mendapatkan cermin tipu daya.

Hari demi hari, Abu selalu mencari dimana benda itu berada. Tak jarang pula, ia larut dalam kelelahan mencari cermin tipu daya. Tanpa disadari olehnya, Iyem istri Abu, merasa marah karena suaminya lebih memilih mencari cermin daripada memikirkan hubungan pernikahannya.

Situasi tersebut nampak semakin runyam, karena Iyem yang sedang mengandung anak dari Abu tak mendapat perhatian layaknya suami pada istrinya. Padahal, Iyem mengharapkan Abu untuk melupakan semua pikiran tentang cermin tipu daya.

Untuk mencapai tujuannya, Abu dibantu Bulan dan segerombolan pemusik lenong. Upaya yang dilakukan Bulan dan rombongan Lenong memberikan hasil. Kondisi pikiran Abu yang semakin bingung, membuat ia kelelahan. Ia lantas tertidur dan bermimpi sedang menghamili putri.

Konflik antara Abu dan istrinya semakin memanas saat Iyem tahu Ali mimpi tidur bersama wanita lain. Terlebih, Abu tak mengetahui kehamilan istrinya. Kondisi tersebut diketahui karena celana yang dipakai Abu basah dan tikar yang ditiduri pula basah tanpa sebab. Iyem langsung memukul badan Abu, meluapkan semua kemarahannya.

Sementara itu, Ki Dalang meyakinkan Abu, semakin sering ia memimpikan putri, peluang mendapatkan cermin tipu daya pun semakin besar. Perjuangan Abu untuk mendapatkan cermin tipu daya mendapat berbagai rintangan. Munculnya Yang Kelam, sosok misterius yang dapat memperlihatkan garis kehidupan seseorang. Ia mengatakan, usia hidup Abu sudah tidak lama lagi.
Semangat Abu untuk mencari cermin tipu daya, tidak gentar diterpa berbagai macam rintangan. Menjelang ia mendapatkan cermin tipu daya, Ki Dalang sosok yang selalu membantunya, akhirnya membunuh Abu.

Sebagai sutradara teater Kapai-kapai (Atawa Gayuh), Ibed Surgana Yuga mengatakan, lakon yang terinspirasi dari karya Arifin C. Noer ini, sengaja menggunakan bahasa Jawa dalam naskah dialog pemain. “Kami ingin menerjemahkan ide cerita dengan latar belakang kebudayaan Jawa,” tegas Ibed, Jumat (24/5).
Rizky Rakhmansyah

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pendidikan bagi ‘Si Malang’
Next post Pendidikan untuk Semua Anak