Buru-buru Program Baru

Read Time:3 Minute, 11 Second

Persiapan PKMP terkesan tergesa-gesa. Program yang sudah lama dicanangkan ini pun masih belum berjalan optimal.

Dianggap bisa menjawab keluhan mahasiswa mengenai Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yang kurang efektif bagi Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan (MP), pelaksanaan Praktik Kerja Manajemen Pendidikan (PKMP) malah dinilai kurang maksimal oleh sebagian mahasiswa.

Hal itu diungkapkan Ketua PKMP 2015, Wahidin, Kamis (24/9). Menurutnya, PKMP yang dilaksanakan Agustus lalu, kurang bisa mengatasi masalah di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, perencanaan program mahasiswa tidak sepenuhnya terlaksana. “Seharusnya, mahasiswa MP bisa memahami permasalahan di sekolah lebih baik lagi,” ungkapnya.

Salah satu mahasiswa peserta PKMP, Agung Wahyu Saputra menuturkan, mulanya ia  resah saat ia bersama teman-teman angkatannya menjadi angkatan pertama untuk menjalani program percobaan tersebut. Apalagi, saat ia juga baru menerima modul PKMP dari panitia hanya dua hari sebelum pelaksanaan. Hal ini, kata Agung, berpengaruh terhadap kinerja mahasiswa, baik segi pemahaman maupun penguasaan.

Walau begitu, Agung menyatakan, dirinya lebih memilih PKMP dibanding PPKT. Selain karena waktu pelaksanaannya yang lebih singkat, ia bisa lebih fokus dalam manajemen sekolah daripada mengajar. Namun, menurut Agung, PKMP akan lebih optimal jika diberlakukan tahun depan kepada mahasiswa angkatan 2013/2014.

PKMP merupakan program baru di Prodi MP yang fokus menangani masalah manajemen sekolah; mutu pendidikan, sarana prasarana, tenaga pendidik, sistem informasi manajemen (SIM), dan manajemen perpustakaan. Wacana PKMP sebenarnya sudah lama dicanangkan  jurusan dalam rapat fakultas. Namun, program baru bagi Prodi MP tersebut baru dapat dilaksanakan tahun ini.

Saat awal program ini diumumkan Mei lalu, PKMP memiliki 0 (nol) Sistem Kredit Semester (SKS) dan bersifat tidak wajib bagi mahasiswa semester enam. Sehingga tercatat setidaknya hanya 60% dari 70 mahasiswa Prodi MP semester 6 yang akan mengikuti progaram baru tersebut. Di samping, waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan masa libur semester dan memakai anggaran pribadi.

Oleh karenanya, pada akhir Mei lalu, pihak pihak prodi kemudia menggelar audiensi bersama mahasiswa MP untuk membahas manfaat PKMP dan rencana membebankan 3 SKS dalam program tersebut. Walhasil, beberapa hari sebelum pemberangkatan, Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Laboratorium Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mengesahkan PKMP dengan bobot 3 SKS.

Di saat yang sama, pihak prodi juga menyepakati jumlah dana iuran yang harus dikeluarkan mahasiswa sebesar Rp750 ribu per orang. Uang itu digunakan untuk akomodasi dan kegiatan di sekolah selama pelaksanaan PKMP karena fakultas tidak menganggarkan dana untuk kegiatan tersebut.  

Kepala UPT Laboratorium FITK, Ahmad Royani mengakui, pelaksanaan PKMP memang terkesan dadakan karena ini merupakan program pertama di FITK. PKMP juga belum memiliki buku pedoman yang seharusnya mengatur jalannya program tersebut. “Seharusnya kan kalo jalanin program ada buku pedomannya, biar ada pakem yang ngatur,” jelasnya.

PKMP sekaligus penelitian dosen
Tahun ini, PKMP diadakan di Kecamatan Cimarga, Banten pada Agustus 2015 selama satu bulan. Di sana, mahasiswa dan dosen melakukan pengabdian kepada masyarakat, mempelajari sistem administrasi di sekolah, serta meneliti manajemen sekolah dan perpustakaan. Tiga poin ini merupakan bentuk dari tri dharma perguruan tinggi yang dilakukan sivitas akademika.

Dalam PKMP kali ini, mahasiswa melakukan dua jenis penelitian. Penelitian manajemen sekolah yang dilakukan oleh setiap kelompok dan manajemen perpustakaan yang dikerjakan bersama dosen. “Mahasiswa mengolah data, sedangkan dosen membantu analisis penelitian serta berperan sebagai pengarah dan pembimbing,” ujar Agung.

Koordinator Pelaksana PKMP 2015, Tri Harjawati mengatakan, hasil penelitian dosen bersama mahasiswa mendapat poin yang besar dalam pengisian Beban Kerja Dosen (BKD) untuk mendapatkan dana sertifikasi. Selain itu, tambah Tri, penelitian tersebut dapat mempertahankan akreditasi jurusan MP untuk lima tahun ke depan. Pasalnya, untuk membuat akreditasi jurusan menjadi baik, jurusan tersebut harus memperbanyak penelitian dan jurnal.

Di sisi lain, Kepala Prodi (Kaprodi) MP, Hasyim Asyari menuturkan, penelitian mengenai manajemen perpustakaan merupakan kerjasama antara dosen dan mahasiswa. Namun, dalam praktiknya, kata Hasjim, dosen lebih dominan. Dengan adanya PKMP ini, ia berharap dapat menghasilkan empat produk: pengabdian masyarakat dari dosen dan atau mahasiswa, laporan praktikum, serta penelitian. “Selama ini kan di UIN belum ada yang kayak gitu,” tutupnya.

Aci Sutanti

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Dana KKN Milik Siapa?
Next post UIN Jakarta Tak Tegas Tangani Plagiarisme