Memanjakan Tak Selamanya Baik

Read Time:2 Minute, 42 Second
Judul Film      : The Miracle Worker
Sutradara       : Arthur Penn
Produser        : Walt Disney
Tahun             : 1962
Durasi             : 1 Jam 13 menit
Hellen Keller lahir dari keluarga kaya, namun ia memiliki kekurangan fisik dan mental. Hellen sapaan akrabnya mengalami buta, tuli, dan bisu sejak berumur sepuluh bulan. Fisiknya yang kurang sempurna, penyebab utama ia menjadi pemarah dan melukai dirinya sendiri. Selain itu, gadis ini tidak menunjukkan etika ketika di meja makan, ia selalu mengambil makanan  dari piring orang lain.
Hellen selalu marah jika keinginannya tak terpenuhi, sehingga orangtuanya menuruti semua keinginannya. Namun ternyata hal tersebut membuat Hellen semakin manja dan berbuat semaunya. Marah tanpa sebab dan merusak barang terkadang dilakukannya.
Pernah Hellen diberi boneka oleh orangtuanya namun ia merusaknya. Ia pun pernah berkelahi dengan temannya, karena iri dengan keadaan mereka yang normal. Meski begitu orangtuanya tak memarahinya, malah mereka memberi permen untuk menenangkannya.
Lambat laun sikap Hellen semakin bertambah seperti tidak terurus, ia sering mengamuk tanpa sebab dan merusak barang yang ada di dekatnya. Karena merasa tak kuat dengan kelakuan anaknya, akhirnya orangtuanya memutuskan untuk memanggil guru pembimbing khusus. Guru tersebut bernama Anne Sullivan, yang mana ia pernah mengalami penyakit seperti Hellen.
Anne Sullivan adalah murid terbaik di panti tempat ia dididik sejak kecil. Dengan pengalaman yang ia miliki, ia mendidik Hellen dengan cara yang berbeda dari keluarganya. Orangtua Hellen mengasuhnya dengan penuh kepasrahan dan sangat memanjakannya, sering memberinya permen walaupun ia melakukan kesalahan.
Sedangkan Anne tidak dengan cara demikian, ia mendidik Hellen dengan tegas dan menghukumnya jika melakukan kesalahan. Orangtua Hellen merasa keberatan atas metode yang diberikan Anne terhadap Hellen. Dalam pertentangan antara keputusasaan dan harapan, serta ketidaktegaan dan keinginan untuk perkembangan Hellen, akhirnya mereka memberi kepercayaan kepada Anne untuk mendidik Hellen dengan caranya.
Anne Sullivan mulai dengan mengajari etika saat makan, ia tidak membiarkan Hellen mengambil makanan dari piring orang lain. Anne pun mengajarkannya bahasa melalui huruf –huruf yang disusun lewat gerakan jari tangan. Setiap kata disandingkan langsung dengan bendanya untuk diraba dan dirasakan oleh Hellen.

Menurut Anne, bahasa harus diajarkan paling awal karena bahasa adalah jendela dunia. Dunia tidak mesti diartikan sebagai sesuatu yang besar dan tak terjamah. Bahkan, menurutnya dunia Hellen adalah makanan, permainan, keluarga, serta lingkungan fisik tempatnya hidup.
Sulitnya mendidik perilaku Hellen, akan lebih sulit jika tidak diawali dengan bahasa. Otak Hellen ternyata mampu berfungsi dengan baik meski ia terkena cacat fisik dan gangguan emosi. Ini juga sepertinya terjadi pada anak-anak yang kesulitan dalam belajar. Bukan kecerdasan yang menghalangi kelancaran belajar mereka, akan tetapi masalah emosi dan perhatian.
Ketegasan sekaligus totalitas nyonya Sullivan mendidik Hellen akhirnya membuahkan hasil yang baik. Siapa sangka seorang anak yang memiliki kekurangan, pemarah, manja, dan selama tujuh tahun hidupnya tidak pernah diajari sepatah kata pun, kini bisa memahami bahasa dan mengubah tingkah laku.
Film yang disutradarai oleh Arthur Penn, menggambarkan bahwa mendidik anak tidak melulu memanjakannya. Namun, sesekali anak pun harus ditegur jika melakukan kesalahan agar tidak mengulanginya. Jika anak terus dimanjakan maka anak akan semakin manja dan sulit diatur. Selain itu, orangtua juga harus memahami bagaimana karakter anak.
Lihat review-nya disini:


DSM

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Mahasiswa Keluhkan Kinerja Perpustakaan
Next post Fasilitas SC Terbengkalai