Pandangan berbeda disampaikan oleh Katra, salah satu penonton film RPP. Ia menuturkan, akan leebih bagus jika film RPP menyisipkan kerugian dari aspek lingkungan, ekonomi dan hukum. “Tidak hanya aspek human interest saja, jadi lebih menyeluruh,” tandasnya, Rabu (25/5).
Read Time:1 Minute, 42 Second
Reklamasi atau pembuatan daratan barudi Muara Angke mendapat penolakan dari nelayan sekitar dan para aktivis lingkungan.Nelayan mengalami kerugian akan adanya reklamasi tersebut lantaran reklamasi membuat ikan-ikan pergi dan mengakibatkan pendapatan para nelayan menurun.
Keadaan inilah yang membuat aliansi mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa UIN Tolak Reklamasi bekerja sama dengan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa Simpul Jakarta (Jakarta ForBali) mengadakan acara diskusi dan pemutaran film Rayuan Pulau Palsu milik Watch Doc, Rabu (25/5) di Lobi Fakultas Ushuluddin.
Sebelumnya, Selasa (24/5) telah dilaksanakan pemutaran dan diskusi film Kala Benoa disalah satu ruang sekretariat di Gedung Student Center (SC). Salah satu anggota Aliansi Solidaritas Mahasiswa UIN Tolak Reklamasi Faisal mengatakan, acara ini bertujuan menyadarkan mahasiswa terhadap isu-isu dan kebijakan pemerintah supaya lebih peduli terhadap Indonesia.
Film Rayuan Pulau Palsu (RPP) mengambil latar belakang di Muara Angke, pesisir Teluk Jakarta. Produser film RPP Randi Hernando mengatakan, film tersebut digarap oleh empat orang kru, selama dua bulan setengah. Ide film tersebut, lanjutnya, berasal dari ekspedisi dan kegelisahan melihat reklamasi di Indonesia yang begitu masif. Tidak hanya di Jakarta, di daerah lain seperti Mamuju, Manado, Lombok, dan Teluk Makassar juga terjadi rencana reklamasi.
Ia melanjutkan, Jakarta terpilih sebagai latar belakang film karena merupakan ibukota negara, sehingga dapat dijadikan barometer bagi daerah lain untuk melakukan reklamasi juga. Melalui film tersebut, ia berharap, masyarakat sadar akan bahaya reklamasi.
Fotografer RPP Ikang Fawzi mengatakan, dalam proses peliputan film tersebut, ia mendapatkan banyak pelajaran hidup seperti pentingnya bersyukur akan hidup yang diberi Tuhan, juga dapat mengenal orang-orang baru.
Anggota Gerakan Bali Tolak Reklamasi, I Ketut Putrayasa sangat antusias dalam menyaksikan film tersebut. Ia mengucapkan, lewat film tersebut semoga masyarakat dapat terguggah menolak reklamasi. “Filmnya bagus, saya sangat mengapresiasi karena di tempat saya Bali juga terjadi rencana reklamasi,” ungkapnya, Rabu (25/5).
MU
Average Rating